BAB
II
OPC,
APC, STRUKTUR PRODUK, DAN BOM
1.
Teori
OPC, APC, Struktur Produk, dan BOM
Teori
yang terdapat pada modul ini, yaitu mencakup ke dalam penjelasan OPC, APC,
struktur produk, dan BOM yang masing-masing memiliki penjelasan tersendiri.
Adapun penjelasan mengenai teori OPC, APC, struktur produk, dan BOM adalah
sebagai berikut.
a.
Operation
Process Chart (OPC)
Operation
Process Chart
(OPC) adalah suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang
dialami oleh bahan baku yang meliputi urutan proses operasi dan pemeriksaan.
Lambang-lambang dari OPC yang akan digunakan, yaitu seperti operasi adalah
kegiatan dimana komponen mengalami perubahan karena dirakit dengan komponen
lain, pemeriksaan adalah kegiatan memeriksa benda atau objek baik-baik dari
segi kualitas maupun kuantitas. Aktivitas gabungan adalah kegiatan dimana
antara assembling dan pemeriksaan
dilakukan bersamaan atau dalam selang waktu yang relatif singkat. Penyimpanan
adalah seandainya benda kerja disimpan dalam waktu yang lama dan jika mau
diambil kembali biasanya harus berdasarkan rekomendasi atau izin terlebih
dahulu (Sutalaksana, 1979).
Prinsip-prinsip pembuatan peta proses operasi yang perlu
diikuti antara lain pada baris yang paling atas dinyatakan sebagai kepalanya
“(Peta Proses Operasi)” yang diikuti oleh identifikasi lain seperti: nama
obyek, nomor peta (nomor gambar), diptakan oleh siapa, tanggal dipetakan, cara
lama atau cara sekarang dan usulan.
Material yang akan diproses diletakkan diatas garis horisontal, yang
menunjukkan bahwa material tersebut masuk kedalam proses. Lambang-lambang
ditempatkan dalam arah vertikal yang menunjukkan terjadinya perubahan proses.
Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan sesuai
dengan urutan operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan produk tersebut atau
sesuai dengan proses yang terjadi. Penomoran terhadap suatu kegiatan
pemeriksaan diberikan secara tersendiri dan prinsipnya sama dengan penomoran
untuk kegiatan operasi. Agar diperoleh gambar peta proses operasi yang baik,
produk biasanya paling banyak memerlukan operasi, harus dipetakan terlebih
dahulu, berarti dipetakan dengan garis vertikal disebelah kanan halaman kertas (http://jidadhaneh.blogspot.com).
b. Assembly Process Chart
(APC)
Peta perakitan dilakukan untuk memahami komponen-komponen
yang membentuk produk, bagaimana komponen-komponen ini bergabung bersama,
komponen yang menjadi bagian suatu rakitan- bagian, aliran komponen ke dalam
sebuah rakitan, gambaran menyeluruh dari proses rakitan, kebutuhan operator, tata
letak fasilitas, perbaikan tata cara kerja. Menganalisis suatu sistem atau cara
kerja berarti mencatat secara sistematis, meneliti seluruh kegiatan/operasi,
serta menyajikan berbagai fakta dan spesifikasi kerja yang ada pada sistem
kerja tersebut.
Assembly
Process Chart
(APC) adalah suatu peta kerja yang menggambarkan langkah-langkah proses
perakitan yang akan dialami oleh komponen (produk), berikut pemeriksaan
(inspeksi) dari awal sampai produk jadi selesai dan juga memuat informasi-
informasi yang diperlukan untuk analisa lebih lanjut, seperti waktu yang
dihabiskan, komponen yang digunakan, dan alat- alat yan dipakai. Tujuan dari Assembly Process Chart terutama untuk
menunjukkan keterkaitan antara komponen, yang dapat juga digambarkan oleh
sebuah “ gambar terurai “ yang digunakan untuk mengajar pekerja yang tidak ahli
untuk mengetahui urutan suatu rakitan
yang rumit. informasi-informasi yang bisa dicatat melalui peta proses operasi
dapat memperoleh banyak kegunaan dan manfaat dari APC, antara lain, Untuk menentukan kebutuhan operator, Untuk
mengetahui kebutuhan tiap komponen, Alat untuk menentukan tata letak fasilitas,
Alat untuk melakukan perbaikan cara kerja, Alat untuk latihan kerja (Sutalaksana,1979).
c. Struktur
Produk
Struktur
produk atau Bill of Material (BOM)
didefinisikan sebagai cara komponen-komponen itu bergabung ke dalam suatu
produk selama proses manufakturing (Gaspersz, 2004). Struktur inverted lebih sedikit subassemblies dibandingkan dengan produk
akhir, dan lebih sedikit komponen dan bahan baku dibandingkan subassemblies (berbentuk segitiga
terbalik, dengan bagian atas adalah produk akhir bagian tengah adalah assemblies, dan bawah adalah komponen
bahan baku (Gaspersz, 2004). Struktur
produk dibagi menjadi dua, yaitu struktur produk implotion dan explotion. Struktur produk explotion merupakan struktur produk yang
menggambarkan suatu bagan yang dimulai dari produk akhir ke komponen-komponen
penyusunnya sedangkan struktur produk implotion
merupakan struktur yang menggambarkan suatu bagan yang dimulai dari
komponen-komponen penyusunnya ke produk akhir.
d.
Bill of Material (BOM)
Bill of Material (BOM) adalah daftar dari bahan, material
atau komponen yang dibutuhkan untuk dirakit, dicampur atau membuat produk
akhir. Jenis-jenis BOM, antara lain Phantom
Bill digunakan untuk
meterial yang tidak disimpan, tidak dibuat planned order, Lead time, Lot size = Lot for lot. Modular Bill
digunakan jika suatu produk akan dijual dengan
sejumlah option yang berbeda, BOM Explotion akan menghitung kebutuhan
kotor untuk masing-masing komponen. Modular
bill
adalah Bill of Material yang dapat
diatur diseputar modul produk dan merupakan komponen yang dapat diproduksi dan
dirakit menjadi satu unit produk. Modular
bill mengelompokkan subassemblies
dan parts pada unit terhadap semua
konfigurasi produk (Gaspersz, 2004). Pseudo Bill disebut sebagai composite product diciptakan untuk memudahkan dan meningkatkan
akurasi peramalan penjualan, mengurangi jumlah end item, dan lain-lain. Pseudo
Bill adalah Bill of Material yang
menggambarkan produk aktual yang dibuat untuk memudahkan peramalan penjualan.
Bill of
Material
yang dipakai untuk perencanaan produksi sering disebut sebagai planning Bill of Materials (planning BOM) atau sering disingkat
sebagai planning bill. Planning bill tebagi menjadi dua yang
pertama planning bill dengan item
yang dijadwalkan merupakan komponen atau subassemblies
untuk pembuatan produk akhir, dimana item-item yang dijadwalkan itu secara
fisik lebih kecil daripada produk akhir (end
items). Modular Bill of Material dan
inverted Bill of Material termasuk ke
dalam kategori planning bill tersebut,
sedangkan yang kedua yaitu Planning biil dengan
item yang dijadwalkan memiliki produk akhir sebagai komponennya (super bill), dimana item-item yang
dijadwalkan secara fisik lebih besar daripada produk akhir. Seperti super Bill of Material, super family Bill of Material, dan super modular Bill of Material.
Macam-macam
level dalam BOM. Level BOM
dibagi menjadi dua yaitu Single Level
BOM dan Multi Level BOM. Single Level BOM menggambarkan hubungan sebuah induk dengan satu level komponen-komponen pembentuknya.
Multi Level
BOM menggambarkan struktur produk yang
lengkap dari level 0 (produk akhir)
sampai level yang paling bawah.
Komponen yang sama dapat digunakan pada level
yang berbeda.
2.
Pembahasan
Pembahasan ini berisikan tentang data komponen-komponen yang
sangat berkaitan dengan proses produksi pengerjaan produk rak pajangan mulai
dari bahan yang diterima (bahan mentah) sampai dengan proses perakitan sehingga
menjadi produk akhir. Data komponen-komponen ini terbagi menjadi beberapa
bagian, yaitu seperti data komponen utama, data komponen tambahan, data-data
komponen utama dan tambahan, data pencatatan waktu perakitan dan data waktu
siklus, waktu normal serta waktu baku. Pembahasan lain yang dibutuhkan dalam
pembuatan rak pajangan ini, yaitu seperti peta proses operasi, peta proses
perakitan, struktur penyusunan produk berdasarkan model explotion dan implotion,
dan langkah yang terakhir, yaitu pembuatan tabel Bill of Materials (BOM). Berikut ini merupakan pembahasan yang
berkaitan dengan proses pembuatan rak pajangan.
a.
Data-data Komponen
Data komponen utama merupakan data yang sangat digunakan
dalam pembuatan produk rak pajangan. Data komponen utama ini digunakan untuk
mengetahui nama-nama komponen yang digunakan, berapa banyak kuantitas komponen
yang digunakan, tipe bahan yang digunakan temasuk kedalam tipe bahan apa,
ukuran yang dipakai dan diterima dan harga komponen utama per unitnya. Cara
untuk mengetahui atau mendapatkan harga unit untuk per komponennya yaitu dengan
menggunakan rumus seperti dibawah ini:
Contoh
Perhitungan untuk harga per komponen (alas bawah):
= Rp. 2462,89
Harga
per komponen untuk proses pembuatan rak pajangan selanjutnya akan ditampilkan
pada tabel berikut ini.
Tabel 1.
Data Komponen Utama
|
No Komp
|
Nama Komp
|
Komp Assy
|
Tipe bahan
|
Ukuran Pakai (cm)
(p x l x t)
|
Ukuran Terima (cm)
(p x l x t)
|
Harga/unit
(Rp)
|
|
002
|
Alas
Bawah
|
1
|
Papan
|
42x10x1,8
|
214x25,5x1,8
|
2462,89
|
|
003
|
Tiang
Samping Kiri
|
1
|
Papan
|
33,3x10x1,8
|
214x25,5x1,8
|
1952,72
|
|
004
|
Sekat
|
1
|
Papan
|
24,2x10x1,8
|
214x25,5x1,8
|
1419,09
|
|
005
|
Alas
Pendek
|
1
|
Papan
|
25x10x1,8
|
214x25,5x1,8
|
1466,01
|
|
006
|
Tiang
Samping Kanan
|
1
|
Papan
|
33,3x10x1,8
|
214x25,5x1,8
|
1952,72
|
|
007
|
Alas
Atas
|
1
|
Papan
|
42x10x1,8
|
214x25,5x1,8
|
2462,89
|
|
008
|
Sandaran
|
1
|
Papan
|
42x5x1,8
|
214x25,5x1,8
|
1231,45
|
|
009
|
Atap
|
2
|
Papan
|
(26x9,5x1,8)
+ (2,5x9,5x1,8)
|
214x25,5x1,8
|
1587,69
|
Data komponen tambahan merupakan data yang digunakan untuk
mengetahui nama-nama komponen tambahan yang digunakan sebagai penunjang dalam
pembuatan rak pajangan. Data ini digunakan mengetahui berapa banyak barang
tambahan yang digunakan dalam pembuatan rak pajangan mulai dari isi kemasannya,
apa tipe bahan tambahan yang digunakan, ukuran kemasan barang tambahan dan
berapa banyak isi kemasannya, serta harga komponen tambahan per unitnya. Cara
untuk mengetahui atau mendapatkan harga untuk per komponennya yaitu dengan
menggunakan rumus seperti dibawah ini dan akan ditampilkan dalam bentuk tabel
juga seperti dibawah ini:
Perhitungan
untuk harga per komponen (sekrup):
= Rp. 56
Tabel 2.
Data Komponen Tambahan
|
No Komp
|
Nama Komp
|
Vol Assy
|
Tipe bahan
|
Ukuran Kemasan (cm)
(p x l x t)
|
Unit Tersedia
|
Harga/unit
(Rp)
|
|
010
|
Sekrup
|
30/50
|
Besi
|
6x5x3,5
|
50
|
56
|
Data-data komponen utama dan tambahan merupakan keseluruhan
komponen-komponen yang digunakan dalam proses pembuatan produk rak pajangan.
Komponen-komponen utama maupun tambahan diberikan simbol dan dimasukkan jumlah kuantitas.
Berikut ini adalah data komponen utama dan tambahan pembuatan rak pajangan:
Tabel 3.
Data-Data Komponen (Utama dan Tambahan)
|
No
|
Nama
Komponen
|
Simbol
|
Kuantitas
|
|
1
|
Alas Bawah
|
ABH
|
1
|
|
2
|
Tiang Samping Kiri
|
TSKr
|
1
|
|
3
|
Sekat
|
SKT
|
1
|
|
4
|
Alas Pendek
|
APK
|
1
|
|
5
|
Tiang Samping Kanan
|
TSKn
|
1
|
|
6
|
Alas Atas
|
ATS
|
1
|
|
7
|
Sandaran
|
SDN
|
1
|
|
8
|
Atap
|
ATP
|
2
|
|
9
|
Sekrup
|
SKP
|
32
|
Data waktu perakitan, yaitu data yang digunakan untuk
mengetahui urutan komponen-komponen apa saja yang dirakit terlebih dahulu
sampai terbentuk produk akhir yakni rak pajangan. Data ini juga digunakan untuk
mengetahui waktu pada setiap proses perakitan yang sebanyak 3 kali perakitan
dan berapa banyak kuantitas yang dihasilkan. Berikut ini adalah tabel data
waktu perakitan.
Tabel 4.
Data Waktu Perakitan
|
No
|
Nama Komponen
|
Perakitan (Menit)
|
Kuantitas
|
Rata-Rata
|
||
|
I
|
II
|
III
|
||||
|
1
|
Alas
Bawah dan tiang Samping Kiri (Perkitan 1)
|
2.43
|
2.58
|
3.07
|
1
|
2.69
|
|
2
|
Sekat
dan Alas pendek (Perakitan 2)
|
2.31
|
2.42
|
2.50
|
1
|
2.41
|
|
3
|
Perakitan
2 dan Perakitan 1 (Perakitan 3)
|
4.56
|
5.11
|
5.22
|
1
|
4.96
|
|
4
|
Perakitan
3 dan Tianag Samping kanan (Perakitan 4)
|
2.09
|
2.26
|
2.34
|
1
|
2.23
|
|
5
|
Perakitan
4 dan Alas Atas (Perakitan 5)
|
7.22
|
7.38
|
7.52
|
1
|
7.37
|
|
6
|
Perakitan
5 dan Sandaran (perakitan 6)
|
1.13
|
1.25
|
1.31
|
1
|
1.23
|
|
7
|
Perakitan
6 dan Atap (perakitan 7)
|
4.32
|
4.50
|
5.04
|
1
|
4.62
|
|
Total
|
25.36
|
27.10
|
28.20
|
7
|
26.88
|
|
Data waktu siklus ini digunakan untuk mengetahui berapa lama
waktu operator dapat menyelesaikan produk. Data waktu siklus ini dapat
diketahui ataupun di cari setelah mengetahui berapa total waktu aktual yang
teramati dan banyaknya data yang di amati. Berikut ini adalah cara perhitungan
waktu siklus setelah mengetahui total waktu aktual termati dan banyaknya data
yang diamati:
Hasil yang didapat pada waktu
siklus adalah sebesar 27.02 menit. Hasil tersebut yang berarti bahwa operator
dapat menyelesaikan suatu produk rak pajangan dalam waktu 27.02 menit.
Data waktu siklus ini digunakan untuk mengetahui berapa lama
waktu normal operator dapat menyelesaikan produk. Data waktu normal dapat
diketahui ataupun di cari setelah mengetahui berapa hasil yang di dapat pada
perhitungan waktu siklus dan berapa besar faktor penyesuaian yang diberikan
kepada operator. Berikut ini adalah perhitungan perhitungan waktu normal:
Wn = Ws x p = 27.02 x 1 = 27.02 menit
Hasil yang di
dapat pada waktu normal adalah sebesar 27.02
menit. Hasil tersebut sama dengan hasil
yang di dapat pada perhitungan waktu siklus yang berarti secara normal operator
dapat menyelesaikan suatu produk rak pajangan selama 27.02 menit.
Data
waktu baku ini digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang seharusnya
dibutuhkan oleh si operator untuk menyelasikan produk. Berikut ini adalah
perhitungan waktu baku setelah diketahui kelonggarannya:
Wb = Wn x (1 + l) = 27.02 x (1 + 15%) = 31.073 Menit
Hasil yang didapat pada waktu baku adalah sebesar 31.073 menit. Hasil tersebut berarti waktu yang
seharusnya dibutuhkan oleh operator secara wajar dan normal dalam menyelesaikan
suatu produk rak pajangan selama 31.073 menit.
Data
persentase scrap ini digunakan untuk
mengetahui berapa banyak persentase scrap
yang terbuang atau yang tidak digunakan pada saat proses mengukur, memotong,
meratakan dan melubangi pada masing-masing komponen yang digunakan dalam
pembuatan rak pajangan. Berikut ini adalah perhitungan persentase scrap untuk masing-masing komponen berdasarkan
prosesnya dan tabel rangkuman untuk melampirkannya:
Contoh perhitungan persentase scrap untuk komponen alas bawah dan contoh perhitungan
volume scrap melubangi yang digunakan
hanya untuk 1 sekrup:
Diketahui:
Diameter sekrup (d) = 0,3 cm
Tinggi sekrup (t) = 3 cm
= 0,21195


= 0 %


= 1,21 %


= 2,45 %


= 0,08 %
Tabel 5.
Data Rangkuman Persentase Scrap
|
Nama
Komponen
|
Operasi
|
Sebelum
Proses
(Ukuran
diterima)
|
Setelah
Proses
(Ukuran
dipakai)
|
%Scrap
|
|
Alas Bawah
|
Mengukur
|
42,3 x 10,3 x 1,8
|
42,3 x 10,3 x 1,8
|
0 %
|
|
Memotong
|
42,3 x 10,3 x 1,8
|
42,2 x 10,2 x 1,8
|
1,21 %
|
|
|
Meratakan
|
42,2 x 10,2 x 1,8
|
42 x 10 x 1,8
|
2,45 %
|
|
|
Melubangi
|
42 x 10 x 1,8
|
(42 x 10 x 1,8) – (0,63585)
|
0,08 %
|
|
|
Tiang Samping Kiri
|
Mengukur
|
33,6 x 10,3 x 1,8
|
33,6 x 10,3 x 1,8
|
0 %
|
|
Memotong
|
33,6 x 10,3 x 1,8
|
33,55 x 10,2 x 1,8
|
1,12 %
|
|
|
Meratakan
|
33,55 x 10,2 x 1,8
|
33,3 x 10 x 1,8
|
2,69 %
|
|
|
Melubangi
|
33,3 x 10 x 1,8
|
(33,3 x 10 x 1,8) – (2,1195)
|
0,35 %
|
|
|
Sekat
|
Mengukur
|
24,5 x 10,3 x 1,8
|
24,5 x 10,3 x 1,8
|
0 %
|
|
Memotong
|
24,5 x 10,3 x 1,8
|
24,35 x 10,15 x 1,8
|
2,06 %
|
|
|
Meratakan
|
24,35 x 10,15 x 1,8
|
24,2 x 10 x 1,8
|
2,08 %
|
|
|
Melubangi
|
24,2 x 10 x 1,8
|
(24,2 x 10 x 1,8) – (0,63585)
|
0,14 %
|
|
|
Alas Pendek
|
Mengukur
|
25,3 x 10,3 x 1,8
|
25,3 x 10,3 x 1,8
|
0 %
|
|
Memotong
|
25,3 x 10,3 x 1,8
|
25,1 x 10,2 x 1,8
|
1,75 %
|
|
|
Meratakan
|
25,1 x 10,2 x 1,8
|
25 x 10 x 1,8
|
2,35 %
|
|
|
Tiang Samping Kanan
|
Mengukur
|
33,6 x 10,3 x 1,8
|
33,6 x 10,3 x 1,8
|
0 %
|
|
Memotong
|
33,6 x 10,3 x 1,8
|
33,5 x 10,2 x 1,8
|
1,27 %
|
|
|
Meratakan
|
33,5 x 10,2 x 1,8
|
33,3 x 10 x 1,8
|
2,55 %
|
|
|
Melubangi
|
33,3 x 10 x 1,8
|
(33,3 x 10 x 1,8) – (1,48365)
|
0,25 %
|
|
|
Alas Atas
|
Mengukur
|
42,3 x 10,3 x 1,8
|
42,3 x 10,3 x 1,8
|
0 %
|
|
Memotong
|
42,3 x 10,3 x 1,8
|
42,15 x 10,15 x 1,8
|
1,81 %
|
|
|
Meratakan
|
42,15 x 10,15 x 1,8
|
42 x 10 x 1,8
|
1,83 %
|
|
|
Melubangi
|
42 x 10 x 1,8
|
(42 x 10 x 1,8) – (0,63585)
|
0,08 %
|
|
|
Sandaran
|
Mengukur
|
42,3 x 5,3 x 1,8
|
42,3 x 5,3 x 1,8
|
0 %
|
|
Memotong
|
42,3 x 5,3 x 1,8
|
42,15 x 5,15 x 1,8
|
3,17 %
|
|
|
Meratakan
|
42,15 x 5,15 x 1,8
|
42 x 5 x 1,8
|
3,26 %
|
|
|
Atap
|
Mengukur
|
31,3 x 9,8 x 1,8
|
31,3 x 9,8 x 1,8
|
0 %
|
|
Memotong
|
31,3 x 9,8 x 1,8
|
(26,1
x 9,6 x 1,8) +
(2
x (2,6 x 9,6 x 1,8)) – (42,75)
|
7,74 %
|
|
|
Meratakan
|
(26,1
x 9,6 x 1,8) +
(2
x (2,6 x 9,6 x 1,8))
|
(26
x 9,5 x 1,8) +
(2
x (2,5 x 9,5 x 1,8))
|
1,99 %
|
|
|
Melubangi
|
(26
x 9,5 x 1,8) +
(2,5
x 9,5 x 1,8)
|
(26
x 9,5 x 1,8) + (2,5 x 9,5 x 1,8) – (1,2717)
|
0,24 %
|
b. Peta Proses
Operasi (OPC)
Peta Proses Operasi merupakan peta yang menggambarkan
langkah-langkah proses pembuatan suatu produk mulai dari bahan baku sampai
menjadi produk jadi. Proses pembuatan produk rak pajangan pada peta proses
operasi dimulai dari komponen alas bawah. Proses pembuatan komponen alas bawah
dimulai dari proses mengukur yang dilakukan menggunakan penggaris dengan waktu
pengukuran selama 0.50 menit. Selanjutnya adalah proses memotong yang dilakukan
dengan menggunakan mesin jigsaw
dengan waktu yang dibutuhkan untuk proses memotong adalah selama 0.25 menit.
Setelah dilakukan proses pemotongan kemudian dilakukan proses meratakan dengan
menggunakan mesin serut. Proses meratakan ini dilakukan supaya komponen alas
bawah yang terbuat dari papan terlihat rata setelah dilakukan pemotongan dengan
waktu yang dibutuhkan untuk proses meratakan adalah selama 6.62 menit.
Proses selanjutnya adalah proses melubangi komponen alas
bawah yang dilakukan dengan mesin bor. Waktu yang dibutuhkan untuk melubangi komponen
alas adalah selama 0.18 menit. Proses melubangi ini dilakukan agar antara
komponen alas bawah dengan komponen tiang samping kiri terhubung dengan
menggunakan sekrup.
Proses pembuatan komponen tiang samping kiri sama halnya
dengan proses pembuatan komponen alas bawah, yaitu dilakukan dari mulai proses
mengukur, memotong, meratakan, dan melubangi. Setelah pembuatan komponen tiang
samping kiri selesai, kemudian dilakukan proses perakitan antara komponen alas
bawah dengan komponen tiang samping kiri menggunakan sekrup dengan ukuran 3 cm
sebanyak 3 sekrup.
Proses pembuatan komponen sekat, alas pendek, tiang samping
kanan, alas atas, sandaran, dan atap sama dengan proses pembuatan komponen alas
bawah dan komponen tiang samping kiri yang masing-masing proses memiliki waktu
yang dibutuhkan untuk melakukan proses pembuatan komponen-komponen tersebut. Di
bawah ini merupakan gambar peta proses operasi dari pembuatan rak pajangan.
|
|

c.
Peta Proses Perakitan (APC)
Assembly
Process Chart
(APC) merupakan peta yang
menggambarkan langkah-langkah proses perakitan yang akan dialami komponen
berikut pemeriksaannya dari awal sampai produk jadi selesai. Proses perakitan
pada produk rak pajangan dimulai dari komponen alas bawah yang dirakit dengan
komponen tiang samping kiri menggunakan sekrup ukuran 3 cm sebanyak 3 sekrup.
Waktu perakitan antara komponen alas bawah dengan tiang samping kiri
membutuhkan waktu selama 2.69 menit. Proses ini dinamakan perakitan 1. Proses
perakitan selanjutnya adalah perakitan antara komponen sekat dengan komponen
alas pendek menggunakan sekrup sebanyak 3 sekrup yang membutuhkan waktu
perakitan selama 2.41 menit. Proses perakitan ini dinamakan perakitan 2.
Setelah komponen alas bawah dengan
tiang samping kiri dan komponen sekat dengan alas pendek dirakit, kemudian
kedua perakitan tersebut dirakit menjadi satu dengan sekrup sebanyak 6 sekrup
dengan waktu selama 4.96 menit. Proses ini dinamakan perakitan 3. Proses
selanjutnya adalah perakitan antara tiang samping kanan dengan perakitan 3 yang
membutuhkan 3 sekrup dengan waktu selama 2.23 menit yang dinamakan perakitan 4.
Selanjutnya perakitan antara alas atas dengan perakitan 4 dengan waktu 7.37
menit yang dinamakan perakitan 5 yang membutuhkan 9 sekrup. Proses perakitan
selanjutnya adalah sandaran dengan perakitan 5 yang dinamakan perakitan 6
dengan waktu selama 1.23 menit dan membutuhkan 2 sekrup. Proses terakhir adalah
atap dengan perakitan 6 yang dinamakan perakitan 7 dengan waktu selama 4.62
menit yang membutuhkan jumlah sekrup sebanyak 6 sekrup. Di bawah ini merupakan
gambar peta proses perakitan rak pajangan.
d.
Struktur Produk
Struktur produk merupakan cara
komponen-komponen bergabung ke dalam suatu produk selama proses manufakturing.
Dalam struktur produk, komponen-komponen utama bergabung menjadi satu dengan
komponen tambahan sehingga terdapat hubungan antar komponen-komponen tersebut
dalam suatu perakitan yang disusun berdasarkan level atau tingkatan. Struktur produk memiliki cara penyusunan yang
berbeda-beda, dimana cara penyusunan tersebut terdiri dari dua struktur produk,
yaitu explotion dan implotion. Perbedaan struktur produk explotion dan implotion terletak pada cara penyusunan komponen-komponennya dan
produk jadi dalam pembuatan rak pajangan dan berbeda pula dalam hal penentuan level pada masing-masing struktur produk
dalam suatu perakitan. Adapun struktur produk explotion dan implotion
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.
Struktur Produk Explotion
Struktur produk explotion disusun dari mulai produk akhir atau produk jadi yang
berupa rak pajangan yang terletak pada level
0, kemudian diikuti dengan komponen-komponen penyusunnya. Komponen penyusun
pada level 1, yaitu komponen atap
yang dirakit dengan perakitan 6 menggunakan sekrup berukuran 3 cm dengan
kuantitas sebanyak 6 sekrup. Pada level
2 terdapat perakitan antara perakitan 5 dengan komponen sandaran yang
dihubungkan dengan sekrup berukuran 3 cm sebanyak 2 sekrup.
Perakitan yang terdapat pada level 3, yaitu perakitan antara komponen
alas atas dengan perakitan 4 menggunakan sekrup yang termasuk ke dalam komponen
tambahan berukuran 3 cm sebanyak 9 sekrup. Komponen tiang samping kanan dirakit
dengan perakitan 3 menggunakan sekrup berukuran 3 cm sebanyak 3 sekrup.
Perakitan ini terletak pada level 4.
Pada level 5 terdapat perakitan
antara perakitan 1 dengan perakitan 2 yang dihubungkan dengan menggunakan
sekrup berukuran 3 cm dengan kuantitas sebanyak 6 sekrup.
Level 6 merupakan perakitan antara sekat dengan alas pendek
yang dirakit menggunakan sekrup berukuran 3 cm sebanyak 3 sekrup. Level terakhir, yaitu level 7 merupakan perakitan antara
komponen alas bawah dengan tiang samping kiri yang dirakit menggunakan sekrup
dengan ukuran 3 cm sebanyak 3 sekrup. Dari setiap komponen penyusun baik
komponen utama maupun komponen tambahan dan produk akhir memiliki kuantitas dan
nomor urutan yang berbeda-beda. Nomor urutan untuk produk akhir, yaitu rak
pajangan adalah 001 sedangkan untuk komponen-komponen penyusun mengikuti urutan
penomoran yang terdapat pada data-data komponen utama dan komponen tambahan
yang disusun berdasarkan urutan masing-masing komponen.
Struktur produk implotion ini berbeda dengan struktur produk explotion. Struktur produk implotion
disusun berdasarkan dari mulai komponen-komponen penyusun sampai dengan
produk akhir, yaitu rak pajangan. Berikut ini merupakan gambar struktur produk implotion pembuatan rak pajangan.


Gambar 4.
Struktur Produk Implotion
Struktur produk implotion pada pembuatan rak pajangan dimulai dari komponen-komponen
penyusun seperti komponen utama, yaitu komponen alas bawah, tiang samping kiri,
sekat, alas
pendek, tiang samping kanan, alas atas, sandaran, dan atap serta komponen
tambahan, yaitu sekrup, sampai ke produk jadi yang berupa rak pajangan. Komponen
penyusun pada level 0 terdiri dari
komponen alas bawah dan komponen tiang samping kiri yang dirakit menggunakan
sekrup berukuran 3 cm dengan kuantitas sebanyak 3 sekrup.
Komponen penyusun pada level 1 memiliki komponen utama dan
komponen tambahan, yaitu komponen sekat dan komponen alas pendek yang dirakit
menjadi satu menggunakan sekrup berukuran 3 cm sebanyak 3 sekrup. Pada level 2 terdapat perakitan antara
perakitan 1 dengan perakitan 2. Perakitan 1 merupakan perakitan antara komponen
alas bawah dengan komponen tiang samping kiri, sedangkan perakitan 2 adalah
perakitan antara komponen sekat dengan alas pendek. Perakitan yang terdapat
pada level 3 adalah perakitan antara
tiang samping kanan dengan perakitan 3 yang dihubungkan dengan menggunakan
sekrup sebanyak 3 sekrup.
Level 4 memiliki perakitan antara perakitan 4 dengan komponen
alas atas yang dirakit menggunakan sekrup berukuran 3 cm sebanyak 9 sekrup.
Komponen penyusun pada level 5 adalah
komponen sandaran yang dirakit dengan perakitan 5 menggunakan sekrup sebanyak 2
sekrup. Pada level 6 terdapat
perakitan antara komponen atap dengan perakitan 6 yang dirakit menggunakan
sekrup sebanyak 6 sekrup. Level 7
yang merupakan level terakhir pada
struktur produk implotion ini adalah
produk jadi, yaitu rak pajangan.
Setiap komponen penyusun baik komponen
utama maupun komponen tambahan dan produk jadi memiliki kuantitas yang berbeda-beda yang terletak di
sebelah kanan atas pada masing-masing komponen dan produk jadi. Selain itu,
juga memiliki urutan penomoran yang disusun berdasarkan tahapan penyusunannya
yang terdapat pada data-data komponen sebelumnya.
e.
Bill of Material (BOM)
Pembuatan BOM (Bill of Material) berhubungan dengan struktur produk, dimana BOM (Bill of Material) merupakan daftar
bahan, material atau komponen yang dibutuhkan untuk dirakit, dicampur atau
dibuat menjadi produk akhir. BOM untuk struktur produk explotion merupakan gambaran dalam bentuk tabel dari bagan struktur
produk explotion sebelumnya. Berikut
ini bentuk dari BOM (Bill of Material)
untuk struktur produk explotion.
Tabel 6.
Bill of Material (BOM) Explotion
|
No.
|
Level
|
Kode
|
Deskripsi
|
Kuantitas
|
|
1
|
0
|
RPN
|
Rak
pajangan
|
1
|
|
2
|
1
|
ATP
|
Atap
|
2
|
|
3
|
2
|
SDN
|
Sandaran
|
1
|
|
4
|
3
|
ATS
|
Alas Atas
|
1
|
|
5
|
4
|
TSKn
|
Tiang
Samping Kanan
|
1
|
|
6
|
6
|
SKT
|
Sekat
|
1
|
|
7
|
6
|
APK
|
Alas
Pendek
|
1
|
|
8
|
7
|
ABH
|
Alas
Bawah
|
1
|
|
9
|
7
|
TSKr
|
Tiang
Samping Kiri
|
1
|
|
10
|
1,2,3,4,5,6,7
|
SKP
|
Sekrup 3
cm
|
32
|
Bill of Material (BOM) untuk struktur produk explotion memiliki level yang dimulai dari level
0 sampai dengan level 7. Bill of Material (BOM) explotion ini disusun berdasarkan
struktur produk explotion yang
dimulai dari produk jadi sampai ke komponen-komponen penyusunnya. Level 0 adalah rak pajangan dengan kode
nama produk adalah RPN yang memiliki kuantitas adalah sebanyak satu unit.
Komponen atap terletak pada level 1
dengan nama pemberian simbol atau kode adalah ATP dengan kuantitas sebanyak dua
komponen.
Komponen sandaran terletak pada level 2 yang diberi nama simbol atau
kode, yaitu SDN dengan kuantitas yang dimiliki adalah sebanyak satu komponen.
Pada level 3 terdapat komponen alas
atas yang diberi simbol ATS dengan kuantitas sebanyak satu komponen. Level 4 adalah komponen tiang samping
kanan dengan nama pemberian kode adalah TSKn yang memiliki kuantitas sebanyak
satu komponen. Komponen sekat dan komponen alas pendek terletak pada level 6 yang memiliki nama kode adalah
SKT dan APK yang masing-masing memiliki kuantitas sebanyak satu komponen.
Komponen alas bawah dan komponen tiang
samping kiri terletak pada level 7 yang masing-masing komponen memiliki
kuantitas sebanyak satu komponen dan nama pemberian kode pada masing-masing
komponen adalah ABH dan TSKr. Komponen tambahan, yaitu sekrup terletak pada level 1,2,3,4,5,6,7 dengan nama kode
adalah SKP yang berukuran 3 cm dengan kuantitas sebanyak 32 unit sekrup.
BOM (Bill of Material) untuk struktur produk implotion merupakan gambaran dalam bentuk tabel dari bagan struktur
produk implotion sebelumnya. Berikut
ini bentuk dari struktur produk implotion.
Tabel 7.
Bill of Material (BOM) Implotion
|
No.
|
Level
|
Kode
|
Deskripsi
|
Kuantitas
|
|
1
|
0
|
ABH
|
Alas
Bawah
|
1
|
|
2
|
0
|
TSKr
|
Tiang
Samping Kiri
|
1
|
|
3
|
1
|
SKT
|
Sekat
|
1
|
|
4
|
1
|
APK
|
Alas
Pendek
|
1
|
|
5
|
3
|
TSKn
|
Tiang
Samping Kanan
|
1
|
|
6
|
4
|
ATS
|
Alas Atas
|
1
|
|
7
|
5
|
SDN
|
Sandaran
|
1
|
|
8
|
6
|
ATP
|
Atap
|
2
|
|
9
|
7
|
RPN
|
Rak
pajangan
|
1
|
|
10
|
0,1,2,3,4,5,6
|
SKP
|
Sekrup
|
32
|
Bill of Material (BOM) implotion disusun berdasarkan struktur
produk implotion yang dimulai dari
komponen-komponen penyusun sampai dengan produk jadi, yaitu rak pajangan. Tabel
bill of material (BOM) implotion terdiri dari lima kolom, yaitu
nomor, level pada masing-masing
komponen dan produk jadi, kode, deskripsi, dan kuantitas. Komponen alas bawah
dan tiang samping kiri terletak pada level
0 yang diberi kode pada masing-masing komponen adalah ABH dan TSKr dengan
masing-maisng kuantitas sebanyak satu komponen.
Komponen penyusun
untuk komponen sekat dan alas pendek terletak pada level 1 dengan nama pemberian kode adalah SKT dan APK yang memiliki
kuantitas pada masing-masing komponen sebanyak satu komponen. Pada level 3 memiliki komponen penyusun,
yaitu komponen tiang samping kanan yang diberi nama kode adalah TSKn dengan
kuantitas sebanyak satu komponen. Komponen alas atas terletak pada level 4 yang memiliki nama kode ATS
dengan kuantitas sebanyak satu komponen. Level
5 adalah komponen sandaran dengan pemberian nama kode, yaitu SDN dengan
kuantitas sebanyak satu komponen.
Komponen atap
terletak pada level 6 yang memiliki
nama kode adalah ATP dengan banyaknya kuantitas adalah sebanyak dua komponen.
Produk jadi, yaitu rak pajangan terletak pada level 7 dengan nama pemberian kode adalah RPN yang memiliki kuantitas sebanyak satu unit. Komponen tambahan,
yaitu sekrup terletak pada level 0,1,2,3,4,5,6
dengan nama kode adalah SKP yang berukuran 3 cm dengan kuantitas sebanyak 32
unit sekrup.
3.
Analisis OPC, APC, Struktur Produk, dan
BOM
Analisis yang terdapat pada modul ini menjelaskan mengenai
OPC, APC, struktur produk, dan BOM. Setiap analisis yang mengenai OPC, APC,
struktur produk, dan BOM disusun berdasarkan pada penjelasan masing-masing.
Berikut ini merupakan analisis dari masing-masing penjelasan mengenai data-data
komponen, OPC, APC, struktur produk, dan BOM.
a.
Analisis Data-data Komponen
Berdasarkan tabel 1 data komponen utama, diketahui bahwa
untuk data komponen utama terdiri dari 8 komponen yang berbeda baik dari
ukuran, kuantitas maupun harganya. Harga komponen yang paling mahal yaitu pada
komponen alas bawah maupun alas atas yaitu sebesar Rp. 2462,89. Hal tersebut dikarenakan pada bagian
kedua alas tersebut memiliki ukuran yang lebih panjang dibandingkan dengan
komponen yang lain, sedangkan harga komponen yang paling murah yaitu sandaran
sebesar Rp. 1231,45. Hal tersebut dikarenakan pada bagian sandaran menggunakan
ukuran lebar yang berbeda yaitu lebih kecil dibandingkan dengan
komponen-komponen yang lainnya. Berdasarkan tabel 2 data komponen tambahan, terlihat
bahwa untuk data komponen tambahan hanya menggunakan 1 buah, yaitu sekrup.
Harga sekrup ini untuk satu unitnya, yaitu sebesar Rp. 56-.
Berdasarkan tabel 3 data-data komponen utama dan komponen
tambahan dapat diketahui bahwa banyaknya komponen yang digunakan baik komponen
utama maupun tambahan yaitu sebanyak 9 komponen dan pemberian nama simbol yang
berbeda-beda. Banyaknya kuantitas yang paling banyak digunakan adalah sekrup
yaitu sebanyak 32 buah. Hal ini dikarenakan sekrup sebagai alat untuk
mengabungkan antara komponen yang satu dengan komponen yang lain.
Tabel 4 yang merupakan data waktu perakitan yang daoat
terlihat bahwa selama 3 kali proses perakitan ke semua komponen mulai dari awal
sampai perakitan ke 7 atau terbentuknya rak pajangan waktu yang dihasilkan
operator makin lama makin meningkat pada 3 perakitan. Hal ini disebabkan karena
operator merasa kelelahan, belum terbiasa untuk melakukan proses perakitan rak
pajangan, dan hal teknisnya yaitu operator selalu mendapatkan lubang baru pada
saat memasang sekrup atau perakitannya.
Berdasarkan tabel 5 mengenai data persentase scrap yang terjadi pada setiap komponen
rak pajangan yang mengalami proses pengukuran, pemotongan, perataan dan
pelubangan maka, dapat terlihat bahwa pada saat proses pengukuran semua
komponen tidak mengalami perubahan ukuran sehingga persentase scrapnya adalah 0 %. Komponen atap
merupakan proses pemotongan bahan atau semua komponen yang paling terbesar
presentasenya yaitu sebesar 7,74%. Hal ini disebabkan karena dalam proses
pemotongan komponen atap menggunakan perhitungan volume scrap dari prisma segitiga. Proses perataan bahan atau semua
komponen yang menghasilkan persentase scrap
terbesar, yaitu pada komponen sandaran sebesar 3,26 %. Hasil persentase pada
proses pelubangan bahan atau semua komponen yang menghasilkan persentase scrap terbesar, yaitu pada komponen
tiang samping kiri sebesar 3,17 %. Hal tersebut dikarenakan terdapat pelubangan
komponen sebanyak 10 lubang.
b.
Analisis Peta Proses Operasi (OPC)
Berdasarkan gambar 1, peta proses operasi ini menggambarkan
urutan-urutan operasi dan pemeriksaan yang dilakukan mulai dari bahan baku
sampai menjadi suatu produk yang utuh, yaitu rak pajangan. Proses-proses yang
dilakukan pada pembuatan rak pajangan dimulai dari proses mengukur, memotong,
meratakan, melubangi, sampai ke proses perakitan. Pada peta proses operasi ini
dapat diketahui beberapa informasi, yaitu komponen-komponen apa saja yang
dibutuhkan dalam proses pembuatan rak pajangan, waktu yang dibutuhkan dalam
pembuatan komponen-komponen tersebut mulai dari diukur, diperiksa, dipotong,
diserut, dibor sampai dengan setiap komponen tersebut dirakit.
Banyaknya operasi dalam peta proses operasi ini yaitu
sebanyak 37 operasi atau kegiatan yang dilakukan oleh operator dengan 1 kali
pemeriksaan pada akhir operasi. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
pembuatan rak pajangan adalah selama 62.29 menit dengan banyaknya. Waktu
tersebut dirasakan masih kurang efektif sehingga perlu dilakukan
perbaikan-perbaikan agar mendapatkan waktu yang seefisien mungkin.
c.
Analisis Peta Proses Perakitan (APC)
Berdasarkan gambar 2 yang merupakan
peta proses perakitan dapat diketahui bahwa dalam peta proses perakitan hanya menyajikan
proses perakitan antara komponen-komponen tanpa menggambarkan bagaimana
komponen-komponen tersebut terbentuk sebelum dirakit. Dalam peta proses perakitan
rak pajangan ini terdapat tujuh perakitan yang masing-masing perakitan dirakit
dengan menggunakan komponen tambahan, yaitu sekrup dengan ukuran 3 cm.
Waktu yang dibutuhkan oleh operator
dalam merakit rak pajangan ini, yaitu selama 25.61 menit dan waktu pemeriksaan
yang dibutuhkan adalah selama 0.10 menit atau bila dikonversi ke dalam detik
adalah 10 detik. Peta proses perakitan berbeda dengan peta proses operasi
karena pada peta proses perakitan hanya menyajikan gambaran perakitan antara
komponen-komponen tanpa menggambarkan bagaimana komponen-komponen tersebut
terbentuk sebelum dirakit.
d.
Analisis Struktur Produk
Berdasarkan gambar 3, struktur produk explotion pada pembuatan rak pajangan
ini memiliki tujuh level dalam suatu
perakitan, dimana level 0 merupakan
produk akhir, yaitu rak pajangan dan level
berikutnya, yaitu level satu sampai
dengan level tujuh merupakan
komponen-komponen penyusunnya baik komponen utama maupun komponen tambahan.
Setiap komponen utama dan komponen tambahan memiliki kuantitas yang
berbeda-beda dalam setiap komponennya. Kuantitas merupakan banyaknya komponen
yang digunakan per masing-masing komponen dalam pembuatan suatu produk.
Pembuatan struktur produk explotion ini, untuk setiap komponen
utama, komponen tambahan, produk akhir, dan perakitan memiliki urutan penomoran
yang disusun berdasarkan tahapan penyusunan struktur produknya. Tahapan
penyusunannya dimulai dari produk akhir sampai ke komponen-komponen penyusunnya
yang terletak di atas sebelah kiri pada setiap komponen utama, komponen
tambahan, dan produk akhir, memiliki kuantitas yang berbeda-beda dari setiap
komponen-komponennya yang terletak di atas sebelah kanan pada setiap komponen
utama, komponen tambahan, dan produk akhir serta memiliki nomor komponen yang
terletak di bawah sebelah kiri pada setiap komponen utama, komponen tambahan,
dan produk akhir.
Antara perakitan dengan perakitan pada
struktur produk tidak memiliki level
atau tingkatan tetapi untuk kasus pembuatan rak pajangan ini berbeda. Pada level lima antara perakitan satu dengan
perakitan dua memiliki level. Hal ini
disebabkan karena antara perakiran satu dengan perakitan dua mengalami proses
perakitan yang dirakit menjadi satu dengan menggunakan komponen tambahan, yaitu
sekrup sehingga memiliki level,
dimana level tersebut untuk
menunjukkan komponen tambahannya yang akan saling berhubungan dengan pembuatan Bill of Material. Dalam pembuatan
struktur produk ini berhubungan dengan peta proses perakitan (assembling process chart).
Berdasarkan gambar 4, struktur produk implotion pada pembuatan rak pajangan ini
tidak jauh berbeda dengan struktur produk explotion.
Struktur produk implotion memiliki
tujuh level atau tingkatan dalam
suatu perakitannya. Level nol sampai
dengan level enam merupakan komponen-komponen
penyusunnya baik komponen utama maupun komponen tambahan dan level paling bawah atau level terakhir merupakan produk akhir,
yaitu rak pajangan.
Pembuatan struktur produk implotion ini, memiliki urutan penomoran
untuk setiap komponen utama, komponen tambahan, produk akhir, dan perakitan
yang disusun berdasarkan tahapan penyusunannya, yang dimulai dari
komponen-komponen penyusunnya sampai ke produk akhir, yaitu rak pajangan.
Urutan penomoran ini terletak di atas sebelah kiri pada setiap komponen utama,
komponen tambahan, produk akhir, dan perakitan. Selain itu, juga memiliki
kuantitas atau banyaknya komponen yang digunakan per masing-masing komponen
dalam pembuatan suatu produk yang terletak di atas sebelah kanan pada
masing-masing komponen dan memiliki nomor komponen yang terletak di bawah
sebelah kiri. Sama halnya dengan struktur produk explotion, struktur produk implotion
ini terdiri dari enam kali perakitan.
Pembuatan struktur produk explotion dengan struktur produk implotion pada dasarnya adalah sama,
yang membedakan hanya cara penyusunan struktur produknya saja. Jika struktur
produk explotion dimulai dari produk
akhir ke komponen-komponen penyusunnya, maka struktur produk implotion sebaliknya dimulai dari
komponen-komponen penyusunnya ke produk akhir. Pembuatan struktur produk explotion dan struktur produk implotion ini berhubungan dengan peta
proses perakitan (assembling process
chart) yang berarti bahwa peta proses perakitan ini merupakan peta yang
digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kedua struktur produk ini baik struktur
produk explotion maupun struktur
produk implotion sehingga dapat lebih
mudah dalam membuat struktur produk explotion
maupun struktur produk implotion.
e.
Analisis Bill of
Material (BOM)
Berdasarkan pada tabel 6, BOM (Bill of Material) untuk struktur produk explotion merupakan gambaran dalam
bentuk tabel yang disusun berdasarkan pada bagan struktur produk explotion. Bill of Material (BOM) untuk struktur produk explotion memiliki delapan komponen utama, satu produk akhir, dan
satu komponen tambahan sehingga dapat diketahui bahan baku atau komponen apa
saja yang digunakan dalam pembuatan rak pajangan. Bill of Material (BOM) untuk struktur produk explotion memiliki level-level perakitan yang terdapat pada
setiap komponen-komponennya, dimana level-level ini mengikuti struktur produk explotion sebelumnya dan terdapat
pemberian nama simbol yang berbeda-beda pada setiap komponen. Setiap komponen
memiliki kuantitas yang berbeda-beda. Kuantitas yang paling banyak terdapat
pada komponen tambahan, yaitu sekrup sebanyak 32 buah. Hal ini dikarenakan sekrup sebagai alat
untuk mengabungkan antara komponen yang satu dengan komponen yang lain.
Berdasarkan
tabel 7, Bill of Material (BOM) untuk
struktur produk implotion berbeda
dengan Bill of Material (BOM) untuk
struktur produk explotion.
Perbedaannya terletak pada pada urutan level
dan komponen-komponennya. BOM untuk struktur produk implotion ini penyusunannya dimulai dari komponen-komponen penyusun
sampai ke produk akhir, dimana komponen-komponen penyusunnya terdiri dari alas
bawah, tiang samping kiri, sekat, alas pendek, tiang samping kanan, alas atas,
sandaran, dan atap sedangkan produk akhirnya adalah rak pajangan. Setiap
komponen memiliki banyaknya komponen yang digunakan atau kuantitas yang
berbeda-beda dan memiliki pemberian nama simbol yang berbeda-beda pula untuk
setiap komponennya. Pengurutan level disusun berdasarkan pada bagan
struktur produk implotion sebelumnya.
Bill of Material (BOM) memiliki dua
tipe level, yaitu single level BOM dan multi level BOM. Dalam proses pembuatan rak pajangan ini
termasuk ke dalam tipe multi level BOM karena dalam proses pembuatan
rak pajangan ini menggambarkan struktur produk yang lengkap dari level nol sampai level yang paling bawah.
2 comments
Mohon maaf, banyak gambar yang hilang..
Replyyahhh gambarnya ilang
Reply