BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1 Pengertian Kerja
Lehman (1953) mendefinisikan kerja
sebagai semua aktifitas yang secara sengaja yang berguna dilakukan manusia
untuk menjamin kelangsungan hidupnya baik secara individu maupun sebagai umat
manusia secara keseluruhan.
Salah satu tolak
ukur (selain waktu) yang diaplikasikan untuk mengevaluasi apakah tatacara kerja
sudah dirancang baik atau belum adalah dengan mengukur penggunaan “energi
kerja” (energi otot manusia) yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas
tersebut. Berat atau ringannya kerja yang harus dilakukan oleh seseorang
pekerja akan dapat ditentukan oleh gejala-gejala perubahan yang tampak dapat
diukur lewat pengukuran anggota tubuh atau fisik manusia antara lain :
·
Laju detak jantung (heart rate)
·
Temperatur badan (body temperature)
·
Laju pengeluaran keringat (sweating rate)
·
Laju pengeluaran keringat (sweating rate)
·
Konsumsi oksigen yang dihirup (oxygen consumption)
·
Kandungan kimiawi dalam darah (lactid acid content)
2.2
Mengukur Aktivitas Kerja Manusia
Yang dimaksud
dengan mengukur aktivitas kerja manusia dalam rangka ini adalah mengukur berapa
besarnya tenaga kerja yang dibutuhkan oleh seorang pekerja untuk melaksanakan
pekerjaannya. Tenaga yang dikeluarkan tersebut biasanya diukur dalam satuan
kilokalori.
Secara umum kriteria
pengukuran aktivitas kerja manusia dapat dibagi dalam dua kelas utama, yaitu kriteria
fisiologis dan kriteria operasional, yang masing-masing akan diuraikan sebagai
berikut ini .
-
Kriteria Fisiologis
Kriteria fisiologis dari
kegiatan manusia biasanya ditentukan berdasarkan kecepatan denyut jantung dan
pernafasan. Usaha untuk menentukan besarnya tenaga yang setepat-tepatnya berdasarkan
kriteria ini agak sulit, karena perubahan fisik dari keadaan normal menjadi
keadaan fisik yang aktif akan melibatkan beberapa fungsi fisiologis yang lain,
seperti tekanan darah, peredaran udara dalam paru-paru, jumlsh oksigen yang
digunakan, jumlah karbondioksida yang dihasilkan, temperature badan, banyaknya
keringat dan komposisi kimia dalam urine dan darah.
-
Kriteria Operasional
Kriteria operasional melibatkan
teknik-teknik untuk mengukur atau menggambarkan hasil-hasil yang bisa dilakukan
tubuh atau anggota-anggota tubuh pada saat melaksanakan gerakan-gerakannya.
Secara umum hasil gerakan bisa dilakukan tubuh atau anggota tubuh dapat dibagi
dalam bentuk-bentuk: range (rentangan) gerakan; pengukuran aktivitas-aktivitas
tersebut bisa digunakan bermacam-macam alat ukur seperti: alat pengukur
tegangan dan dynamometer.
2.3 Pembagian Kerja
Secara umum jenis kerja dibedakan
menjadi dua bagian yaitu kerja fisik (otot) dan kerja mental, dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
1.
Kerja fisik
Pengeluaran energi relatif
lebih banyak dan pada jenis ini dibedakan lagi menjadi dua cara :
a.
Kerja Statis
·
Tidak menghasilkan gerak
·
Kontraksi otot bersifat
inometris (tegang otot bertambah sementara tegangan otot tetap)
·
Kelelahan lebih cepat terjadi
b.
Kerja dinamis
·
Menghasilkan gerak
·
Kontraksi otot bersifat isotop
(panjang otot berubah sementara tegangan otot tetap
·
Kontraksi otot bersifat ritmis
(kontraksi dan relaksasi secara bergantian)
·
Kelelahan relatif agak lama
terjadi
2.
Kerja Mental
Pengeluaran energi relatif
lebih sedikit dan cukup sulit untuk mengukur kelelahannya.
Hasil kerja
(performasi kerja) manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu :
1.
Faktor diri (individu), yaitu faktor-faktor
yang datang dari diri sipekerja itu sendiri dan seringkali sudah ada sebelum
sipekerja yang bersangkutan dating dipekerjaannya, misalnya meliputi sikap,
fisik, minat, motivasi, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman, keterampilan,
dst.
2.
Faktor situasional, yaitu faktor-faktor
yang hamper sepenuhnya berada di luar diri pekerja dan umumnya dalam penguasaan
pemimpin perusahaan untuk merubah-rubahnya.Hal ini meliputi lingkungan fisik, mesin
dan atau peralatan, metode kerja, dst.
Kriteria-kriteria
yang dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap manusia dalam
suatu sistem kerja :
1.
Kriteria Faal
Meliputi kecepatan denyut
jantung, konsumsi oksigen, tekanan darah, tingkat penguapan, temperatur tubuh,
komposisi kimia dalam air seni, dst. Tujuannya adalah untuk mengetahui
perubahan fungsi alat-alat tubuh selama bekerja.
2.
Kriteria Kejiwaan
Meliputi kejenuhan atau
kejemuan, emosi, motivasi, sikap, dst. Tujuannya adalah mengetahui perubahan
kejiwaan yang timbul selama bekerja.
3.
Kriteria Hasil Kerja
Meliputi pengukuran hasil
kerja yang diperoleh deri pekerja selama bekerja. Tujuannya adalah untuk
mengetahui pengaruh kondisi kerja dengan melalui hasil kerja yang diperoleh
dari pekerja. Rumusan hubungan konsumsi Energi dengan Kecepatan denyut Jantung (heart rate) adalah sebagai berikut
:
Y = 1,80411 – 0.0229038 X + 4.71733.10-4 . X2................................(2.1)
Ke = Et –
Ei...........................................................................................(2.2)
Keterangan :
Y = Energi (kilokalori/menit)
X = Kecepatan denyut jantung (denyut/menit)
KE = Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu (Kkal)
ET = Pengeluaran energi pada saat kerja (Kkal)
Ei = Pengeluaran energi pada
saat istirahat / biasa (Kkal)
2.4 Kelelahan Kerja
Definisi umum dari kelelahan kerja
adalah suatu kondisi dimana terjadi pada syaraf dan otot manusia, sehingga
tidak dapat berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Kelelahan dipandang dari sudut
industri adalah pengaruh.kecepatan kerja mereka atau menurunkan kualitas
produksi, atau kedua-duanya, dari performasi optimis seorang operator. Cakupan
dari kelelahan yaitu :
a.
Penurunan dalam performasi
kerja
·
Pengurangan dalam kecepatan dan
kualitas output yang terjadi bila melewati suatu periode tertentu
·
Disebut fatique industri
b.
Pengurangan dalam kapasitas
kerja
·
Perusakan otot atau
ketidakseimbangan susunan syaraf untuk memberikan stimulus.
·
Disebut fatique fisiologi
c.
Laporan-laporan subyektif dari
pekerja
·
Berhubungan dengan perasaan
gelisah dan bosan
·
Disebut fatique fungsional
d. Perubahan-perubahan dalam aktifitas dan
kapasitas kerja
·
Perubahan fungsi fisiologis
atau perubahan dalam kemampuan dalam melakukan aktifitas fisiologis
·
Disebut fatique fungsional
Faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat kelelahan, yaitu :
1.
Penentuan dan lamanya waktu
kerja
2.
Penentuan dan lamanya waktu
istirahat
3.
Sikap mental pekerja
4.
Besarnya beban tetap
5.
Kemonotonan pekerja dalam
lingkungan kerja yang tetap
6.
Kondisi tubuh operator pada
waktu melaksanakan pekerjaan
7.
Lingkungan fisik pekerja
8.
Kecapaian kerja
9.
Jenis dan kebiasaan olahraga
atau latihan
10.
Jenis kelamin
11.
Umur
12.
Sikap kerja
Pengukuran
kelelahan dapat dilakukan dengan cara :
1.
Mengukur kecepatan denyut
jantung
2.
Mengukur kecepatan pernafasan
3.
Mengukur tekanan darah
4.
Jumlah oksigen yang terpakai
dalam tubuh
5.
Perubahan temperatur tubuh
6.
Perubahan komposisi kimia dalam
darah dan urine
7. Menggunakan alat uji kelelahan, yaitu Rikebn Fatique Indicator dan fbker
Kelelahan Otot
adalah kelelahan yang terjadi karena kerja otot, dengan adanya aktifitas
kontraksi dan relaksasi. Tipe aktifitas otot oleh Ryan dalam “Work & Effort“adalah :
-
Pengeluaran sejumlah besar
energi secara cepat
-
Pekerjaan yang dikerjakan
terus-menerus
-
Pekerjaan setempat atau lokal
yang terus menerus berulang dengan pengeluaran energi setempat yang besar
-
Sikap yang dibatasi (kerja
statis)
Kelelahan Psikologi
atau bisa dikatakan kelelahan yang palsu adalah kelelahan yang timbul dalam
perasaan orang yang bersangkutan dan terlihat dengan tingkah lakunya atau
pendapat-pendapatnya yang tidak konsekwen lagi serta jiwanya yang labil dengan
adanya perubahan walaupun sendiri dalam kondisi lingkungan atau kondisi
tubuhnya
Sebab-sebab
kelelahan ini bisa diakibatkan oleh beberapa hal, diantaranya : kurang minat
dalam pekerjaan, berbagai penyakit: monotoni; keadaan lingkungan; adaanya hukum
moral yang mengikat dan merasa tidak cocok; sebab-sebab mental seperti tanggung jawab, kekhawatiran dan
konfik-konfik. Pengaruh-pengaruh ini seakan-akan terkumpul dalam tubuh (benak)
dan menimbulkan rasa lelah.
Untuk
mengurangi kelelahah otot (brpuha dalam Physioloy
in Industry) mempunyai saran-saran sebagai berikut :
1.
Mengurangi beban kerja dengan
melakukan perancangan kerja
2.
Mengatur periode istirahat yang
cukup didasarkan atas pertimbangan fisiologis
3.
Mengatur regu-regu kerja dengan
baik dan menyeimbangkan tekanan fisiologis diantara anggota pekerja
4.
Menyediakan air dan garam yang
cukup bagi pekerja yang bekerja dalam lingkungan kerja yang panas
5.
Menyeleksi pekerja yang
didasarkan atas kemampuan fisik mereka dan tingkat pelatihan atau traning untuk
aktifitas-aktifitas tertentu atau khusus yang membutuhkan energi yang banyak
atau berat
Penentuan
waktu istirahat atau recovery adalah
:
a.
Berdasarkan konsumsi energi
yang didapat dari konversi kecepatan denyut jantung
Keterangan :
R = waktu istirahat (menit)
T = total waktu kerja
K = energi yang dikeluarkan
dalam bekerja (Kkal/menit)
S = Konstanta
Untuk
penentuan S diberikan pendekatan seperti ditunjukan oleh tabel 2.1
Tabel 2.1 Penentuan Nilai S
|
Tingkat Pekerjaan
|
S
|
|
Undully Heavy
|
Over 12,5
|
|
Very Heavy
|
10 – 12,5
|
|
Heavy
|
7,5 – 10
|
|
Moderate
|
5 – 7,5
|
|
Light
|
2,5 – 5
|
|
Very Light
|
Under 2,5
|
b.
Berdasarkan kapasitas oksigen
terukur
Keterangan :
R = Waktu istirahat (jam)
W = Total waktu kerja (jam)
B = Kapasitas oksigen pada
saat kerja (liter/menit)
S = Kapasitas oksigen pada
saat diam (liter/menit)
Energi yang dibutuhkan untuk kegiatan sehari-hari seperti ditunjukan
oleh tabel 2.2
Tabel 2.2 Tabel Energi
|
Jenis
Pekerjaan/pekerja
|
Pria (Kkal/hari)
|
Wanita (Kkal/hari)
|
|
Sekretaris
|
2700
|
2250
|
|
Pengemudi Bus
|
3000
|
2500
|
|
Operator Mesin
|
3300
|
2700
|
|
Buruh Kasar
|
3900
|
3250
|
|
Penari Balet
|
3900
|
3250
|
|
Atlet
|
4800
|
4250
|
Tabel 2.3 Jenis Pekerjaan
|
Jenis pekerjaan/pekerja
|
Energi (Kkal/menit)
|
|
Duduk
|
0,3
|
|
Berdiri
|
0,6
|
|
Berjalan
|
2,1
|
|
Berjalan dengan beban 10 Kg
|
3,6
|
|
Berjalan dengan kecepatan 16 Km/jam
|
5,2
|
|
Mendaki dengan sudut kemiringan 30 derajat
|
13,7
|

Gambar 2.1 Grafik waktu kerja dan
waktu recovery