Selasa, 19 November 2013

Studi Pustaka Quality Control


BAB II
STUDI PUSTAKA


2.1       Quality Control
Quality control merupakan teknik yang sangat bermanfaat agar suatu perusahaan dapat mengetahui kualitas produknya sebelum dipasarkan kepada konsumen. Teknik pengendalian kualitas dapat membantu perusahaan dalam mengetahui kelayakan kualitas produk berdasarkan batas-batas kontrol yang telah ditentukan. Berikut ini adalah uraian lebih lanjut tentang Quality Control.

2.2       Definisi dan Sejarah Pengendalian Kualitas
Kualitas adalah faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi bersaing. Kualitas suatu produk diartikan sebagai derajat atau tingkatan dimana produk atau jasa tersebut mampu memuaskan keingina dari konsumen (fitness for use). Kualitas menjadi faktor dasar keputusan konsumen untuk mendapatkan suatu produk, karena konsumen akan memutuskan untuk membeli suatu produk dari perusahaan tertentu yang lebih berkualitas dari pada saingan-sainganya. Alasan-alasan mendasar pentingnya kualitas sebagai strategi bisnis adalah sebagai berikut (Purnomo, 2004):
1.         Meningkatkan kesadaran konsumen akan kualitas dan orientasi konsumen yang kuat akan penampilan kualitas.
2.         Kemampuan produk.
3.         Peningktan tekanan biaya pada tenaga kerja,energi dan bahan baku.
4.         Persaingan yang semakin intensif.
5.         Kemajuan yang luar biasa dalam produktifitas melalui program keteknikkan kualitas yang efektif.
Pengertian pengendalian kualitas adalah aktifitas pengendalian proses untuk mengukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkan dengan spesifikasi atau persyaratan, dan mengambil tindakan penyehatan yang sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang standar. Tujuan dari pengendalian kualitas adalah untuk mengendalikan kualitas produk atau jasa yang dapat memuaskan konsumen. Pengendalian kualitas statistik merupakan suatu alat tangguh yang dapat digunakan untuk mengurangi biaya, menurunkan cacat dan meningkatkan kualitas pada proses manufakturing. Pengendalian kualitas memerlukan pengertian dan perlu dilaksanakan oleh perancang, bagian inspeksi, bagian produksi sampai pendistribusian produk ke konsumen. Aktifitas pengendalian kualitas pada umumnya meliputi kegiatan-kegiatan berikut (Purnomo, 2004):
1.         Pengamatan terhadap performansi produk atau proses.
2.         Membandingkan performansi yang ditampilkan dengan standaryang berlaku.
3.         Mengambil tindakan-tindakan bila terdapat penyimpangan-penyimpangan yang cukup signifikan, dan jika perlu perlu dibuat tindakan-tindakan untuk mengireksinya.

2.3              Pengaruh Kualitas
Kualitas adalah elemen penting dalam operasi, selain itu kualitas juga memiliki beberapa pengaruh lain. Beberapa alasan yang membuat kualitas menjadi penting, yaitu sebagai berikut (Heizer, 2006):
1.         Reputasi perusahaan.
2.         Keandalan produk atau jasa.
3.         Penurunan biaya.
4.         Pertanggung jawaban produk atau jasa.
5.         Peningkatan pangsa pasar.
6.         Keterlibatan global
7.         Penampilan produk atau jasa.
Definisi kualitas sebagaimana yang diambil oleh American Society for Quality adalah keseluruhan karakteristik produk atau jasa yang mampu memuaskan kebutuhan yang terlihat atau yang tersamar. Definisi kualitas terbagi atas beberapa kategori yaitu, definisi yang berbasis pengguna dengan arti kualitas bergantung pada pemirsa. Definisi yang berbasis manufaktur yaitu kualitas yang lebih tinggi dengan arti kinerja yang lebih baik, fitur yang lebih baik dan perbaikan lainya yang terkadang memakan biaya (Heizer, 2006).

2.4       Konsep Dasar Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualiatas statistik adalah alat bantu manajemen untuk menjamin kualitas, karena pada dasarnya tidak ada dua produk yang dihasilkan oleh suatu proses produksi itu sama benar, tidak dapat dihindarkan adanya variasinya. Pengujian statistik diperlukan untuk menyelesaikan masalah seperti ini, dalam pengendalian kualitas  statistik teknik-teknik tersebut diaplikasikan guna memeriksa dan menguji data untuk menentukan standar dan mengecek kesesuaian produk untuk mencapai operasi manufaktur yang maksimum, dan biasanya menghasilkan biaya kualitas yang lebih rendah dan menaikkan tingkat posisi kompetitif. Rancangan percobaan dapat digunakan dalam hubungannya dengan pengendalian proses statistik untuk meminimumkan variabilitas proses, yang menghasilkan produksi yang pada akhirnya bebas cacat (Purnomo, 2004).

2.5       Keuntungan Pengendalian Kualitas Statistik
Pengendalian kualitas statistik merupakan alat manajemen secara ilmiah. Beberapa keuntungan jika digunakan pengendalian kualitas statistik adalah sebagai berikut (Purnomo, 2004):
1.         Perbandingan antara kualitas dan biaya.
2.         Menjaga kualitas lebih seragam.
3.         Penyediaan bahan baku yang lebih baik.
4.         Penggunaan alat produksi yang lebih efisien.
5.         Mengurangi kerja ulang atau pembuangan.
6.         Memperbaiki hubungan produsen-konsumen.

2.6              Dimensi Kualitas
Kualitas memiliki dimensi yang banyak, sehingga sulit mendefinisikannya. David Gorvin menyarankan delapan dimensi kualitas, yaitu sebagai berikut (Nasrullah, 1997):
1.         Performansi atau prestasi dari fungsi yang diperlihatkan oleh produk.
2.         Sifat-sifat khusus dan menarik minat (feature), yang menjadikan suatu produk unik dibandingkan dengan produk sejenis dari produsen lain.
3.         Keandalan, kemampuan produk untuk tidak mogok dalam masa kerjanya.
4.         Kecocokan dengan standar industri.
5.         Kemudahan diperbaiki jika terjadi kerusakan.
6.         Daya tahan produk terhadap waktu.
7.         Keindahan penampilan.
8.         Persepsi konsumen.

2.7              Manajemen Kualitas
Manajemen kualitas sangat berpengaruh besar terhadap produk yang akan diproduksi, Dr. Deming adalah pakar manajemen kualitas Amerika Serikat. Dr. Deming menyarankan 14 butir manajemen mutu sebagai berikut (Nasrullah, 1997):
1.         Ciptakan stabilitas motivasi untuk memperbaiki produk,  mempunyai daya saing, dan memberikan lapangan kerja. Adopsi filosofi baru
2.         Hilangkan ketergantungan pada pemeriksaan produk untuk mencapai produk bermutu. Hilangkan kebutuhan untuk inspeksi produk secara massal dengan membangun mutu sejak awal proses.
3.         Akhiri kebiasaan menghargai bisnis atas dasar potongan harga.
4.         Terus menerus perbaiki sistem produksi dan pelayanan, agar mutu dan produktifitas tentu diperbaiki, dan dengan demikian diupayakan tanpa henti penurunan ongkos.
5.         Lembagakan pelatihan pada saat bekerja.
6.         Lembagakan pengawasan.
7.         Bersihkan rasa takut, sehingga setiap orang bekerja dengan efektif.
8.         Hapus penghalang antar departemen.
9.         Hilangkan slogan-slogan dan target-target yang harus dicapai para pekerja, jika tidak dilengkapi dengan cara-cara mencapainya.
10.     Hilangkan standar kerja yang menyarankan angka target kerja bagi operator, ganti dengan pertolongan dan pengawasan.
11.     Hapus penghalang antara pekerja tidak tetap dengan haknya untuk bangga dengan kemampuan kerjanya.
12.     Lembagakan program ketat pendidikan dan pelatihan.
13.     Letakkan setiap orang di perusahaan untuk bekerja melaksanakan pengubahan bahan baku menjadi barang jadi.

2.8              Seven Old Tools dalam Pengendalian Kualitas
Alat pengendalian kualitas merupakan metode pemecahan masalah dalam pengambilan keputusan. Keputusan diambil berdasarkan besar dan kecilnya dampak yang akan ditimbulkan dari keputusan tersebut. Tujuh alat yang digunakan dalam pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1.         Check Sheet
Check sheet atau formulir pemeriksaan merupakan lembar pengumpulan data dalam bentuk tabel yang dibuat untuk mempermudah pengumpulan data. Check sheet merupakan metode yang terorganisir, berikut ini adalah contoh dari sebuah check sheet (Heizer, 2006).

Tabel 2.1 Contoh Check Sheet
Masalah
Januari
Februari
Maret
Total
A
I
I
-
2
B
I
I
-
2
C
I
III
II
5
D
-
III
II
5
total
3
7
4
14

2.        Histogram
Histogram adalah bentuk khusus dari suatu barchart, bedanya terletak pada skala dan jenis data yang digunakan. Histogram adalah grafik yang menunjukkan distribusi frekuensi sekelompok data. Berikut ini adalah contoh dari sebuah histogram (Heizer, 2006).
histo1
 







Gambar 2.1 Contoh Histogram
3.        Diagram Alir
Diagram alir adalah diagram yang menjelaskan langkah-langkah dalam sebuah proses. Diagram alir menunjukkan gambaran secara grafik yang terdiri dari simbol-simbol algoritma dalam suatu program dan menyatakan arah dari alur program. Contoh dari suatu diagram alir dapat dilihat seperti pada gambar berikut ini (Heizer, 2006):
diagram-alir-ta1
 














Gambar 2.2 Contoh Diagram Alir
4.      Diagram pencar
Diagram Pencar digunakan untuk melihat korelasi (hubungan) dari suatu penyebab atau faktor yang kontinyu terhadap karakteristik mutu atau faktor lain. Contoh dari diagram pencar adalah seperti pada gambar berikut (Purnomo, 2004):
Gambar 2.3 Contoh Diagram Pencar
5.      Diagram Pareto
Diagram ini dimaksudkan untuk menemukan atau mengetahui penyebab utama yang merupakan kunci dalam penyelesaian persoalan, dan perbandingan terhadap keseluruhan persoalan pada daerah tertentu. Diagram ini juga digunakan untuk mengklasifikasikan masalah menurut sebab, dan gejalanya. Prinsip yang mendasari diagram ini adalah aturan “80–20” yang menyatakan bahwa “80%” of the trouble comes from 20% of the problems’’ (Purnomo, 2004).
Gambar 2.4 Contoh Diagram Pareto

6.      Peta Kontrol
Peta kontrol atau grafik pengendali sangat penting dalam pengendalian kualitas secara statistik dalam industri. Peta kontrol merupakan alat untuk mengawasi kualitas dengan mudah sehingga semakin mudah juga dalam mengambil keputusan jika terjadi produk yang menyimpang. Peta kontrol ditentukan juga untuk membuat batas-batas dimana hasil produksi menyimpang dari mutu yang diinginkan. Semakin besar variasi tentunya produk menjadi kurang baik, kadang variasi besar dan kadang variasi kecil. Ada beberapa macam dari variasi yaitu (Purnomo, 2004):
1.    Variasi didalam objek sendiri.
2.    Variasi antar objek.
3.    Variasi timbul dari perbedaan waktu produksi.
Jumlah variasi yang kecil, maka produk yang dibuat nampak tidak ada perbedaan atau serupa, hanya dengan alat yang lebih baik variasi atau perbedaan dapat ditunjukan. Beberapa faktor penyebab variasi yang timbul dalam produksi adalah sebagi berikut (Purnomo, 2004):
1.    Proses.
2.    Bahan baku yang tidak sama kualitasnya.
3.    Karyawan atau operator.
4.    Faktor lain yang sering menimbulkan sumber variasi, seperti faktor cuaca, temperatur, kelembapan, kebisingan, lingkungan tempat kerja, dan faktor-faktor lainnya.
Peta pengendalian ini juga berguna untuk menganalisis proses dengan tujuan memperbaikinya secara terus-menerus. Grafik ini berbeda dengan grafik garis standar dengan adanya garis kendali batas di tengah, atas, dan bawah. Grafik ini juga mencantumkan batas maksimum, dan minimum yang merupakan batas daerah pengendalian. sehingga setiap titik pada grafik dapat diindikasikan dengan tepat dari proses mana data diambil. Peta ini menunjukan perubahan data dari waktu ke waktu tetapi tidak menunjukan penyebab penyimpangan (Purnomo, 2004).
Gambar 2.5 Contoh Peta Kontrol
Peta kontrol yang umum digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu peta kontrol variabel dan peta kontrol atribut. Kedua peta kontol tersebut memiliki kegunaan dan cara pengendalian kualitas yang berbeda.
a.    Peta Kontrol Variabel
Data yang diperlukan harus dapat terukur dan karateristik kualitas ditentukan oleh besar kecilnya penyimpangan terhadap unit ukuran yang distandarkan. Pengendalian kualitas variabel adalah suatu besaran yang dapat diukur, misalnya panjang, berat, umur komponen dan sebagianya. Grafik ini menggunakan dua karateristik pengukuran, yaitu mengukur variabilitas dari proses (grafik-R) dan mengukur ketelitian dari proses (grafik-X). Grafik-X menggambarkan variasi harga rata-rata dari sejumlah data yang diambil dari proses kerja. Grafik-R menggambarkan variasi dari range sampel. Langkah-langkah pembuatan grafik pengendali X dan R adalah sebagai berikut (Purnomo, 2004):
a.    Menentukan karateristik proses yang akan diukur.
b.    Melakukan dan mencatat hasil pengukuran.
c.    Menghitung nilai X dan R.
d.   Menentukan proses pengendali.
Perhitungan untuk menentukan nilai rata-rata R dan peta X diperlukan untuk membuat peta kontrol variabel. Persamaan serta rumus-rumus yang diperlukan untuk membuat peta kontrol R dan peta kontrol X adalah sebagai berikut (Purnomo, 2004): 
 i.     Nilai R = nilai terbesar per baris – nilai terkecil per baris

ii.     Garis tengah untuk peta R

 

Text Box: .................... Rumus 2.1

iii.     Rumus batas kontrol atas untuk peta R
 

Text Box: .......................... Rumus 2.2BKA =D4 x

iv.     Rumus batas kontrol bawah untuk peta R                        
 

Text Box: ......................... Rumus 2.3BKB = D3 x

v.     Garis tengah untuk peta X
Text Box: ........................ Rumus 2.4                                               

vi.     Rumus batas kontrol atas untuk peta X
 

Text Box: ............................ Rumus 2.5BKA =

vii.     Rumus batas kontrol bawah untuk peta X
 

Text Box: ............................ Rumus 2.6BKB =
               
Rumus-rumus di atas sangat penting dalam pembuatan peta kontrol variabel, namun selain itu terdapat juga rumus-rumus lain yang digunakan jika pengendalian kualitas melibatkan proses yang dikerjakan oleh mesin. Berikut ini adalah beberapa rumus yang digunakan dalam penentuan performa dalam suatu proses permesinan (Purnomo, 2004).
 i.     Rumus simpangan baku
                       
Text Box: .................................. Rumus 2.7


ii.     Rumus indeks kapabilitas proses mesin

Text Box: ......................... Rumus 2.8

iii.     Rumus indeks kapabilitas bawah dan indeks kapabilitas atas
Text Box: ................................... Rumus 2.9

 

Text Box: .......................... Rumus 2.10 

           
iv.     Indeks performasi Kane
 

Text Box: ..................... Rumus 2.11CPK = min (CPL;CPU)

b.    Peta Kontrol Atribut
Peta kontrol untuk atribut biasanya didasarkan pada klasifikasi apakah suatu produk itu cacat atau tidak cacat. Klasifikasi ini dapat bersumber dari data proporsi jumlah produk cacat terhadap ukuran sample (p) atau dari jumlah cacat yang ada pada satu unit produk yang ada didalam sample (c). Bagian ini hanya membahas tentang peta kendali p. Perbandingan antara banyaknya cacat dengan semua pengamatan, yaitu setiap produk yang diklasifikasikan sebagai diterima atau ditolak (yang diperhatikan banyaknya produk cacat). Langkah-langkah pembuatan peta kendali p adalah sebagai berikut (Nasrullah, 1997):
i.      Tentukan ukuran contohatau subgrup yang cukup besar (n > 30).
ii.    Kumpulkan banyaknya subgrup (k) sedikitnya 20–25 sub-grup.
iii.  Hitung untuk setiap subgrup nilai proporsi unit yang cacat.              
iv.  Hitung nilai rata-rata dari p, p merupakan perbandingan antara jumlah cacat dengan jumlah inspeksi.
v.    Hitung batas kendali dari peta kendali p dengan rumus berikut:                                
Text Box: ............... Rumus 2.12UCL = p + 
                                                              
Text Box: ................... Rumus 2.13LCL = p – 

vi.  Plot data proporsi (persentase) unit cacat serta amati apakah data tersebut berada dalam pengendalian atau di luar pengendalian.
7.         Diagram Sebab Akibat
Diagram tulang ikan (Fishbone Diagram) atau diagram Sebab Akibat digunakan untuk mengidentifikasi, dan menganalisis suatu proses atau situasi, serta menemukan kemungkinan penyebab suatu persoalan yang terjadi. Manfaat diagram ini adalah dapat memisahkan penyebab dari gejala, memfokuskan perhatian pada hal-hal yang relevan, serta dapat diterapkan pada setiap masalah. Faktor-faktor utama yang harus diperhatikan yaitu manusia, bahan, metode, mesin, dan lingkungan. Berikut ini adalah contoh diagram Sebab Akibat (Purnomo, 2004).
Gambar 2.6 Contoh Diagram Sebab Akibat

1 comments:

Daftar Pustaka nya dari mana ya min? Boleh share dapus nya gak biar bermanfaat makasih

Reply

Diberdayakan oleh Blogger.