BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pendahuluan
Perkembangan teknologi yang
semakin pesat membawa kemajuan dalam segala aspek, terutama perkembangan dalam
dunia industri. Industri semakin mampu menghasilkan berbagai macam produk
kebutuhan manusia, akan terus ada pengembangan produk baru, perubahan
permintaan konsumen, serta persaingan antar industri, sehingga target mutu
seharusnya selalu meningkat dan tidak statis. Adanya variasi produk dengan
fungsi yang sama membuat konsumen semakin selektif dalam memilih produk yang
akan dikonsumsinya. Konsumen selalu menuntut dan mengharapkan produk yang
dibelinya dalam keadaan baik. Bila suatu produk dirasakan oleh konsumen kurang
baik, konsumen akan berpindah ke produk sejenis yang lain. Dan hal ini akan
menyebabkan penurunan laba atau kerugian bagi perusahan, bahkan bila berlanjut
terus dapat menyebabkan penghentian produksi karena konsumen tidak menginginkan
produk itu lagi.
Dari uraian diatas
sangat jelas bahwa pengendalian kualitas memegang peranan yang sangat penting
dalam perkembangan suatu perusahan. Untuk dapat memhami pengendalian kualitas,
perlu dipahami terlebih dahulu pengertian proses produksi dan pengertian
pengendalian kualitas.
2.2
Pengertian Proses Produksi
Proses
produksi terdiri dari dua kata, yaitu proses dan produksi yang memiliki makna
yang berbeda. Proses adalah cara, metode, dan teknik bagaimana sumber-sumber (manusia,
mesin, material dan uang) yang akan dirubah untuk memperoleh suatu hasil.
Sedangkan produksi adalah kegiatan menciptakan atau menambah kegunaan suatu
barang atau jasa. Jadi pengertian dari proses produksi adalah suatu cara, metode
dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa
dengan menggunakan sumber-sumber (manusia, mesin, material, dan uang) yang ada.
2.3 Pengertian
Pengendalian
Pengendalian merupakan salah satu dari fungsi manajemen, dengan
adanya pengendalian diharapkan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dapat
dikurangi ataupun dihilangkan sama sekali. Adapun pengertian pengendalian
menurut beberapa pandangan adalah sebagai berikut :
a. Menurut Kaoru Ishikawa
Pengendalian (kanri)
menyatakan secara tidak langsung bahwa orang harus menetapkan tujuan atau
target dan menemukan suatu cara untuk mewujudkannya dengan efisien
b. Menurut Feigenbaum (1977)
Pengendalian adalah
suatu proses untuk mendelegasikan tanggung jawab dan wewenang untuk kegiatan
masyarakat sambil tetap menggunakan cara-cara untuk menjamin hasil yang
memuaskan.
c. Menurut Assuari (1980)
Pengendalian adalah
kegiatan pemeriksaan dan pengendalian kegiatan yang telah dan sedang dilakukan
agar kegiatan tersebut dapat sesuai dengan apa yang diharapkan dan
direncanakan.
d.
Menurut Reksohadiprodjo (1995)
pengendalian pada
hakekatnya menentukan tolak ukur atau standart-standart, melakukan pemeriksaan
hasil-hasil, dan membandingkan hasil dengan standart, melihat
penyimpangan-penyimpangan umpan balik sehingga dapat dilakukan tindakan
perbaikkan.
e. Menurut Shigeru Mizuno
(1994)
Pengendalian adalah
sebuah lingkaran yang dimulai dan berakhir dengan perencanaan. Lingkaran
tersebut (Deming Cycle) dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.
Keterangan gambar :
P = Plan
D
= Do
C = Check
A = Action
Gambar 2.1 Lingkaran
Pengendalian Deming
Unsur-unsur lingkaran pengendalian
yaitu :
1. Plan (P) : menetapkan sebuah rencana atau standart
untuk mencapai sasaran.
2. Do (D) :
melaksanakan rencana atau pekerjaan yang telah ditetapkan.
3. Check (C) :
mengukur dan menganalisa hasilnya yaitu pengecekan.
4. Action (A) : melakukan perbaikkan yang perlu apabila hasil
tidak sesuai rencana semula.
Keempat
langkah ini merupakan proses pengendalian , tidak ada salahnya satu diantara
langkah ini yang secara sendirian mewujudkan pengendalian, karena pengendalian
adalah penyambungan langkah-langkah ini Plan, Do, Check, Action menjadi sebuah
proses yang berkelanjutan. Pengulangan lingkaran Plan, Do, Check, Action menjurus pada semakin
efektifnya perencanaan dan semakin efisiennya pengendalian.
Dari pengertian diatas, maka tujuan
dari pengendalian adalah :
1. Untuk mengetahui apakah
segala sesuatu telah berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
2. Untuk mengetahui apakah
kelemahan dan kesulitan serta kegagalan sehingga dapat diadakan suatu tindakan
perbaikkan serta mencegah jangan sampai terulang kegiatan yang salah.
3. Untuk mengetahui apakah
segala sesuatu berjalan dengan efisien dan apakah mungkin mengadakan tindakan
perbaikkan dan peningkatan kembali.
Jadi
pengendalian adalah tindakan yang perlu dilakukan untuk menjamin tercapainya
tujuan dengan jalan mengadakan pemeriksaan dan pengujian yang dimulai dari
bahan mentah sampai produk jadi sehingga sesuai dengan yang diinginkan atau
standart yang telah ditetapkan. Dengan adanya pengendalian, diharapkan
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dapat dikurangi dan dapat diarahkan pada
tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, fungsi pengendalian dilaksanakan
bukan saja pada saat pekerjaan sedang dilaksanakan, tetapi juga pada tahap
persiapan maupun tahap setelah pekerjaan itu dilakukan.
2.4 Pengertian
Kualitas
Dalam
sektor industri, pengendalian kualitas memegang peranan yang penting karena
menentukan mutu barang atas produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
Bila produk barang atau jasa yang dihasilkan tidak memenuhi standart yang
berlaku, tentunya tidak akan disukai oleh konsumen. Ada dua segi umum kualitas, yaitu kualitas
rancangan dan kualitas kecocokan. Semua barang dan jasa dihasilkan dalam
tingkat kualitas. Dalam dunia industri dikenal bermacam-macam produk dengan
berbagai macam variasinya, semua produk ini mempunyai apa yang dinamakan
sebagai kualitas. Kadang-kadang suatu produk dapat digolongkan menurut
bermacam-macam kualitasnya, mulai dari kualitas yang rendah sampai kualitas
yang baik. Pengertian kualitas juga banyak diberikan oleh orang yang ahli dalam
bidang manajemen mutu terpadu, diantaranya :
1.
Menurut Vincent Gasperz (1998)
Determinologi
kualitas adalah konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi karakteristik dari suatu
produk, baik barang maupun jasa yang dihasilkan agar dapat memenuhi kebutuhan
yang telah dispesifikasikan, guna meningkatkan kepuasan pelanggan internal
maupun eksternal.
2.
Menurut Goetch dan Garvin (1995)
Kualitas
meupakan suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan, manusia, proses dan tugas, serta
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.
3.
Menurut A. V. Feigenbaum (1983)
Kualitas
adalah sesuatu yang diputuskan oleh pelanggan berdasarkan pengalaman aktual terhadap
suatu produk atau jasa, yang diukur berdasarkan persyaratan dari pelanggan
tersebut, baik dinyatakan atau tidak dinyatakan, disadari atau tidak disadari,
dimana kualitas tersebut telah menjadi sasaran yang bergerak dalam pasar yang
penuh persaingan.
4.
Menurut Deming (1982)
Kualitas
merupakan kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan harus
benar-benar dapat memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu produk yang
akan dihasilkan
5.
Menurut Philip B. Crosby (1979)
Kualitas adalah
comformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau
distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar
kualitas yang telah ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan baku , proses produksi, dan
produk jadi. Crosby terkenal dengan anjuran manajemen
zero defect dan pencegahan, yang menentang tingkat kualitas yang dapat
diterima secara statistik (acceptable quality level). Crosby
mengemukakan 14 langkah untuk perbaikan kualitas (Crosby’s Fourteen Steps
to Quality Improvement), yaitu :
a.
Komitmen manajemen
b.
Membentuk tim kualitas antar departemen
c.
Mengidentifikasi sumber terjadinya masalah saat ini dan masalah potensial.
d. Biaya
evaluasi kualitas
e. Meningkatkan kesadaran akan kualitas
f. Melakukan tindakan koreksi
g. Mengadakan program zero defect
h. Pelatihan bagi supervisi
i. Mengadakan
zero defect day
j. Menyusun sasaran atau tujuan
k. Kesalahan menyebabkan adanya perubahan
l. Mengakui/menerima para karyawan yang
berpatisipasi
m. Membentuk dewan kualitas
n. Mengulangi setiap tahap
tersebut untuk menjelaskan bahwa perbaikan
kualitas adalah proses yang tidak pernah berakhir.
6.
Menurut Joseph M. Juran (1993)
Kualitas
adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi
kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan penggunaan tersebut didasarkan pada
5 ciri utama, yaitu teknologi (kekuatan/daya tahan), psikologis (cita
rasa/status), waktu (keandalan), kontraktual (adanya jaminan), dan etika (sopan
santun, ramah atau jujur). Sedangkan aspek utama pada kecocokan penggunaan
produk, yaitu :
a. Ciri-Ciri Produk yang
Memenuhi Permintaan Pelanggan Pelanggan sangat mengharapkan produk yang
berkualitas tinggi, dimana produk tersebut harus istimewa sehingga berbeda dari
produk pesaing dan dapat memenuhi harapan atau tuntutan akan kepuasan
pelanggan.
b. Bebas dari Kelemahan
Suatu produk dikatakan
berkualitas tinggi apabila produk tersebut tidak memiliki kelemahan (cacat) sehingga sangat menguntungkan
perusahaan karena perusahan dapat mengurangi tingkat kesalahan, pengerjaan kembali,
pemborosan, ketidakpuasan pelanggan, dan waktu pengiriman produk ke pasar.
Serta perusahaan dapat meningkatkan hasil, meningkatkan utilitas kapasitas
produksi dan memperbaiki kinerja penyampaian produk atau jasa kepada pelanggan.
7.
Menurut Scherkenbach (1991)
Kualitas ditentukan
oleh pelanggan, dimana pelanggan menginginkan produk dan jasa yang sesuai
dengan kebutuhan dan harapannya pada suatu tingkat harga tertentu yang
menunjukkan nilai produk tersebut.
8.
Menurut Elliot (1993)
Kualitas merupakan sesuatu yang berbeda
untuk orang yang
berbeda dan
tergantung
pada waktu dan tempat, dikatakan sesuai dengan tujuan.
2.5 Pengertian Pengendalian
Kualitas
Pengendalian
Kualitas memegang peranan yang penting karena menentukan mutu barang atas
produk yang dihasilkan oleh perusahan tersebut. Bila produk barang atau jasa
yng dihasilkan tidak memenuhi standart yang berlaku, tentunya tidak akan disukai
oleh konsumen. Setelah mengetahui pengertian dari kata pengendalian dan
kualitas, maka pengendalian kualitas pun didefinisikan secara menyeluruh
menurut beberapa ahli manajemen mutu, diantaranya :
1.
Menurut Feigenbaum (1983)
Pengendalian
kualitas merupakan tindakan yang perlu dilakukan untuk menjamin tercapainya
tujuan dengan jalan mengadakan pemeriksaan yang dimulai dari bahan mentah
sampai bahan jadi sehingga sesuai dengan yang diinginkan.
2.
Menurut Ishikawa (1985)
Pengendalian
kualitas adalah keseluruhan cara yang digunakan untuk menetapkan dan mencapai
standar mutu atau dapat pula dikatakan bahwa pengawasan mutu adalah suatu
sistem yang terdiri atas pengujian, analisis dan tindakan yang harus diambil
yang berguna untuk mengendalikan mutu suatu produk sehinggga mencapai standar
yang diinginkan.
3.
Menurut Sofjan (1993)
Pengendalian
kualitas adalah suatu tindakan atau kegiatan untuk memastikan apakah
kebijaksanaan dalam hal mutu dapat tercermin pada hasil akhir. Dengan perkataan
lain pengawasan mutu merupakan usaha untuk mempertahankan mutu dari barang yang
dihasilkan agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan
berdasarkan kebijaksanaan perusahaan.
4.
Menurut Vincent Gasperz (1998)
Pengendalian
kualitas merupakan aktivitas teknik dan manajemen, melalui mana kita mengukur
karakteristik kualitas dari barang atau jasa yang dihasilkan, kemudian
membandingkan hasil pengukuran dengan spesifikasi output yang diinginkan
pelanggan, serta mengambil tindakan perbaikan yang tepat apabila ditemukan
perbedaan antara performansi aktual dan standar.
5.
Menurut Agus Ashyari
Pengendalian kualitas
merupakan suatu aktifitas (manajemen perusahaan) untuk menjaga dan mengarahkan
agar kualitas produk dan jasa perusahaan dapat dipertahankan sebagaimana yang
direncanakan.
6. Menurut Kaoru Ishikawa
Pengendalian kualitas
adalah pelaksanaan aktifitas untuk mengembangkan, mendesain, memproduksi, dan
memberikan jasa produk bermutu yang paling ekonomis, paling berguna, dan selalu
memuaskan bagi konsumen.
2.6 Faktor-faktor Yang Menentukan Kualitas
Menurut Feigenbaum, ada 9 faktor yang menentukan kualitas yang
dikenal dengan 9 M, yaitu :
1. Market (pasar)
2. Money (uang)
3. Management (manajemen)
4. Man (manusia)
5. Motivation (motivasi)
6. Materials (bahan)
7. Machines and mechanization (mesin dan mekanisme)
8. Modern Information Method (metode informasi modern)
9. Mounting Product Requirements (persyaratan proses produksi)
Kualitas baik produk maupun jasa
secara langsung dipengaruhi sembilan bidang dasar (9 M) yang dalam setiap
bidangnya industri sekarang ini bergantung pada sejumlah besar kondisi yang
membebani produksi melalui suatu cara yang tidak pernh dialami dalam periode
sebelumnya. Bila dikaji lebih dalam lagi keseluruhan faktor diatas bisa dibagi
kedalam 2 faktor besar, yaitu :
a. Faktor Utama
1. Bahan baku
2. Peralatan dan Teknologi
3. Sarana Fisik
4. Manusia Yang Mengerjakannya
b. Faktor pendukung
1. Persaingan Pasar
2. Tujuan Organisasi
3. Pengujian Produk dan Desain Produk
4. Proses Produksi
5. Kualitas Input
6. Perawatan Peralatan
7. Standart Kualitas
8. Umpan Balik Dari Pelanggan
2.7 Tujuan Pengendalian Kualitas dan Dimensi-dimensi Dari Kualitas
Pengendalian kualitas merupakan alat bagi manajemen untuk
memperbaiki kualitas produk bila diperlakukan mempertahankan kualitas yang
sudah tinggi dan mengurangi jumlah produk yang rusak. Segala sesuatu yang
berhubungan dengan proses produksi telah direncanakan dengan rapi dan
dilaksanakan dengan baik, tetapi kemungkinan hasil produksi tidak sesuai dengan
standart dapat saja terjadi. Sehingga pengendalian kualitas dimaksudkan untuk :
a. pengendalian kualitas terhadap suatu bahan / produk sehingga bahan / produk
yang tersedia memenuhi spesifikasi.
b. agar dapat memberikan
kepuasan kepada konsumen.
c. mengetahui apakah segala
sesuatu berjalan sesuai dengan
rencana melalui
instruksi-instruksi serta prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.
d. mengetahui apakah kelemahan
dan kesulitan serta menjaga
jangan sampai terjadi kesalahan lagi.
e. mengetahui apakah segala
sesuatunya berjalan dengan efisien dan apakah mungkin dapat diadakan perbaikkan.
Sedangkan
untuk mencapai standart kualitas yang diinginkan pelanggan, terdapat 9 dimensi
kualitas (Besterfield, 1994). 9 dimensi kualitas ini ada kalanya bersifat
independent atau berdiri sendiri, maka dari itu sebuah produk akan dinilai
sangat bagus disatu dimensi, dapat dinilai rata-rata atau buruk pada dimensi lainnya.
Sangat sedikit produk yang dinilai sempurna pada 9 dimensi. Adapun
dimensi-dimensi kualitasnya terdiri dari :
1. Performance (penampilan)
karakter produk yang paling primer atau mendasar, misalnya sebuah foto.
2. Features (keistimewaan)
karakter kedua dari produk atau keistimewaan tambahan dari produk, seperti
remote control.
3. Conformance (kesesuaian)
terpenuhinya spesifikasi atau standart industri yang ditentukan, kecakapan
kerja.
4. Reliability (keandalan)
konsistensi dari performance dari waktu ke waktu, rata-rata waktu untuk setiap
unit yang rusak.
5. Durability (ketahanan)
masa hidup produk, termasuk perbaikkan.
6. Service (pelayanan)
resolusi untuk masalah-masalah dan keluhan-keluhan, kemudahan untuk perbaikkan.
7. Response (umpan balik) hubungan
antar manusia, contohnya hubungan baik dengan dealer.
8. Aesthetics (estetika)
karakter produk yng berhubungan dengan panca indera, seperti penampilan
eksterior.
9. Reputation (reputasi)
penampilan diwaktu lalu dan segala hal yang memberi kesan pada produk,
contohnya pernah mendapat penghargaan tertentu.
Pada
dasarnya performansi kualitas dapat ditentukan dan diukur berdasarkan
karakteristik kualitas yang terdiri dari beberapa sifat atau dimensi sebagai
berikut :
a.
Fisik : panjang, berat, diameter, tegangan, kekentalan, dll.
b. Sensory (berkaitan dengan
panca indera) : rasa, penampilan, warna, bentuk, model, dll.
c. Orientasi waktu :
keandalan (reliability), kemampuan pelayanan (serviceability), kemudahan
pemeliharaan (maintainability), ketepatan waktu penyerahan produk, dll.
d. Orientasi biaya :
berkaitan dengan dimensi biaya yang menggambarkan harga atau ongkos dari suatu
produk yang harus dibayarkan oleh konsumen.
Suatu
pengukuran performansi kualitas yang akan dilakukan harus mempertimbangkan persyaratan-persyaratan
kondisional dalam pengukuran kualitas itu. Hasil dari pengukuran kulitas
tersebut akan menjadi landasan dalam membuat kebijakan perbaikkan kualits
secara keseluruhan dalam proses bisnis, maka kondisi-kondisi berikut sangat
diperlukan untuk mendukung pengukuran kualitas yang tepat, Beberapa kondisi itu
adalah :
a.
pengukuran harus dimulai pada permulaan program
b.
pengukuran kualitas dilakukan pada sistem itu
c. pengukuran kualitas
seharusnya melibatkan semua individu yang terlibat dalam
proses itu.
d. pengukuran seharusnya
dapat memunculkan data.
e. pengukuran kualitas yang menghasilkan
informasi-informasi utama seharusnya
dicatat dan harus akurat.
f. perlu adanya komitmen secara menyeluruh
untuk pengukuran performansi
kualitas dan perbaikkan.
g. program-program pengukuran
dan perbaikkan kualitas
seharusnya dapat
dipecah-pecah atau diuraikan dalam
batas-batas yang jelas
sehingga tidak
tumpang tindih dengan
program yang lain.
2.8 Piranti
Data Numerik dan Data Verbal Dalam Pengendalian Kualitas
Yang
termasuk dalam piranti data numerik dalam pengendalian kualitas, antara lain :
1.
Kertas Periksa (Check Sheet)
Kertas
periksa merupakan piranti yang digunakan untuk menghitung seberapa sering
sesuatu terjadi dan digunakan dalam pengumpulan dan pencatatan data.
2. Pareto Chart
Pareto
chart adalah alat yang digunakan untk
membandingkan berbagai kategori kejadian
yang disusun menurut ukurannya untuk menentukan pentingnya kategori
kejadian-kejadian atau sebab-sebab yang akan dianalisis.
3.
Histogram
Histogram
adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan variasi data pengukuran dan variasi data proses.
4.
Diagram Pencar (Scatter Diagram)
Diagram
pencar merupakan gambaran yang menunjukkan kemungkinan hubungan antara pasangan
dua macam variabel dan menunjukkan keeratan hubungan antara dua variabel
tersebut yang sering diwujudkan sebagai koefisien korelasi.
5.
Diagram Perjalanan (Run Chart)
Diagram
perjalanan adalah grafik yang menunjukkan variasi ukuran sepanjang waktu,
kecenderungan, daur, dan pola-pola lain dalam suatu proses.
6. Control Chart
Control
chart merupakan grafik yang menyerupai run
chart yang digunakan untuk menentukan apakah
suatu proses berada dalam keadaan in
control atau out
control (Dorothea, 1999).
Sedangkan
untuk piranti data verbal yang digunakan dalam pengendalian kualitas,yaitu :
1.
Diagram Alur (Flow Chart)
Diagram
alur adalah gambaran skematik atau diagram yang menunjukkan seluruh langkah
dalam suatu proses dan menunjukkan bagaimana langkah itu saling mengadakan
interaksi satu sama lain.
2. Brainstorming
Brainstorming
merupakan cara untuk memacu pemikiran
kreatif guna mengumpulkan ide-ide dari suatu kelompok dalam waktu yang relatif
singkat.
3.
Diagram Gabungan (Affinity Diagram)
Diagram
gabungan adalah diagram yang digunakan untuk menyaring data yang berjumlah
besar dan menciptakan pola pikir baru.
4.
Diagram Sebab-Akibat (Cause
and Effect Diagram)
Diagram
Sebab-Akibat merupakan suatu pendekatan terstruktur yang memungkinkan dilakukan
suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan penyebab-penyebab suatu
masalah, ketidaksesuaian, dan kesenjangan yang ada.
2.9. Penetapan Standart,
Toleransi dan Inspeksi
2.9.1
Penetapan Standart
Pada umumnya penetapan standart kualitas akan menentukan
standart terhadap rekayasa, desain proses, dan pemilihan material. Para product engineering
menetaptan standart dengan mengadakan penyilidikan terhadap produk, proses, dan
material. Secara teknis, kualitas suatu produk dapat ditentukan berdasarkan
percobaan-percobaan dengan membuat produk. Dari percobaan-percobaan yang telah
dilakukan kemudian dibandingkan serta mengadakan evaluasi terhadap produk yang
dibuat berdasarkan percobaan-percobaan tersebut. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa produk yang dihasilkan dapat memenuhi kualitas yang
diharapkan. Akan tetapi kualitas yang belum ditetapkan secara pasti perlu juga
diperhitungkan mengenai berapa biaya yang dikeluarkan untuk membuat produk
tersebut karena hal ini bersangkutan dan berpengaruh terhadap harga jual atau selling price.
Dengan
dibentuknya standart of quality suatu
produk, dipaksa pula untuk menetapkan standart
of materials dan material in process serta
performance standart. Mengenai standart of material dapatlah
dikemukakan dalam bentuk bill of material
setelah mengalami beberapa percobaan sebelumnya. Dari bill of material kemudian diwujudkan dalam bentuk pelaksanaan
proses produksi. Standart of materials in process ditetapkan berdasrkan of
quality dari produk yang telah dihasilkan dan juga yang telah mengalami
percobaan-percobaan sebelumnya. Agar hasil kerja dari inspeksi menjadi baik
maka penetapan standart sangat penting karena tidak ada inspeksi yang memuaskan
tanpa adanya standart tertentu.
2.9.2
Toleransi
Masalah toleransi muncul karena pada suatu produk, pabrik harus
mengikuti ukuran atau standart yang telah ditetapkan. Dalam menentukan ukuran
standart para enginer harus menentukan ukuran tertentu. Toleransi ini
didefinisikan sebagai batas bawah daerah penerimaan. Dalam praktik sangatlah
sukar menacapai suatu standart secara sempurna serta diakui pula bahwa apabila
tidak mungkin menhindari variasi-variasi dari suatu basic criteria, maka diusahakan untuk membatasi variasi-variasi tersebut.
Agar
lebih mengerti prinsip-prinsip yang mendasari penetapan standart dari quality article maka diadakan
penyelidikan secara terus-menerus terhadap manufacturing variebel yang membuat
toleransi diperlukan. Toleransi ini sangat erat hubungannya dengan biaya
pembuatan. Makin tepat (makin kecil toleransinya, biayanya akan semakin tinggi)
karena dalam pembuatannya membutuhkan ketelitian yang lebih besar.
2.9.3
Inspeksi
Umumnya inspeksi adalah tindakan dalam membandingkan sesuatu
dengna suatu standart yang dapat diterima untuk menentukan jumlah jika ada
penyimpangan dari standart tersebut. Dengan inspeksi ini maka dapat diperbaiki
kesalahan-kesalahan yang ada. Jika pembetulan diadakan setelah terjadi kesalahan
maka hal ini dinamakan pemeriksan korektif. Tetapi kalau kesalahan ini
dibetulkan sebelum terjadinya kesalahan maka hal ini dinamakan pemeriksaan
preventif. Disini bahan-bahan yang diterima sudah ditelitinya dengan baik
sebelum digunakan. Begitu pula dengan mesin-mesin yang digunakan, sudah diuji
terlebih dahulu dan diharapkan tidak terjadi keslahan. Para
pekerja dilatih sebaik-baiknya sehingga dapat melakukan pekerjaan dengan baik
pula. Semua ini untuk mencegah terjadinya kesalahan di kemudian hari.