Selasa, 19 November 2013

Pengendalian Kualitas menurut fungsi management


BAB II
LANDASAN TEORI


2.1              Pendahuluan
            Perkembangan teknologi yang semakin pesat membawa kemajuan dalam segala aspek, terutama perkembangan dalam dunia industri. Industri semakin mampu menghasilkan berbagai macam produk kebutuhan manusia, akan terus ada pengembangan produk baru, perubahan permintaan konsumen, serta persaingan antar industri, sehingga target mutu seharusnya selalu meningkat dan tidak statis. Adanya variasi produk dengan fungsi yang sama membuat konsumen semakin selektif dalam memilih produk yang akan dikonsumsinya. Konsumen selalu menuntut dan mengharapkan produk yang dibelinya dalam keadaan baik. Bila suatu produk dirasakan oleh konsumen kurang baik, konsumen akan berpindah ke produk sejenis yang lain. Dan hal ini akan menyebabkan penurunan laba atau kerugian bagi perusahan, bahkan bila berlanjut terus dapat menyebabkan penghentian produksi karena konsumen tidak menginginkan produk itu lagi.
            Dari uraian diatas sangat jelas bahwa pengendalian kualitas memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan suatu perusahan. Untuk dapat memhami pengendalian kualitas, perlu dipahami terlebih dahulu pengertian proses produksi dan pengertian pengendalian kualitas.

2.2              Pengertian Proses Produksi
            Proses produksi terdiri dari dua kata, yaitu proses dan produksi yang memiliki makna yang berbeda. Proses adalah cara, metode, dan teknik bagaimana sumber-sumber (manusia, mesin, material dan uang) yang akan dirubah untuk memperoleh suatu hasil. Sedangkan produksi adalah kegiatan menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Jadi pengertian dari proses produksi adalah suatu cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (manusia, mesin, material, dan uang) yang ada.
2.3       Pengertian Pengendalian
            Pengendalian merupakan salah satu dari fungsi manajemen, dengan adanya pengendalian diharapkan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dapat dikurangi ataupun dihilangkan sama sekali. Adapun pengertian pengendalian menurut beberapa pandangan adalah sebagai berikut :
a.   Menurut Kaoru Ishikawa
   Pengendalian (kanri) menyatakan secara tidak langsung bahwa orang harus                      menetapkan tujuan atau target dan menemukan suatu cara untuk mewujudkannya dengan efisien
b.   Menurut Feigenbaum (1977)
      Pengendalian adalah suatu proses untuk mendelegasikan tanggung jawab dan wewenang untuk kegiatan masyarakat sambil tetap menggunakan cara-cara untuk menjamin hasil yang memuaskan.
c.   Menurut Assuari (1980)
      Pengendalian adalah kegiatan pemeriksaan dan pengendalian kegiatan yang telah dan sedang dilakukan agar kegiatan tersebut dapat sesuai dengan apa yang diharapkan dan direncanakan.
d.   Menurut Reksohadiprodjo (1995)
      pengendalian pada hakekatnya menentukan tolak ukur atau standart-standart, melakukan pemeriksaan hasil-hasil, dan membandingkan hasil dengan standart, melihat penyimpangan-penyimpangan umpan balik sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikkan.
e.   Menurut Shigeru Mizuno (1994)
      Pengendalian adalah sebuah lingkaran yang dimulai dan berakhir dengan perencanaan. Lingkaran tersebut (Deming Cycle) dapat dilihat pada gambar dibawah ini.





Flowchart: Or:    A             P

   C             D
                                               Keterangan gambar :
                                               P = Plan
                                             D = Do
                                                   C = Check
                                                    A = Action
Gambar 2.1 Lingkaran Pengendalian Deming

Unsur-unsur lingkaran pengendalian yaitu :
1.   Plan (P)     : menetapkan sebuah rencana atau standart untuk mencapai   sasaran.
2.   Do (D)       :   melaksanakan rencana atau pekerjaan yang telah ditetapkan.
3.   Check (C)  :   mengukur dan menganalisa hasilnya yaitu pengecekan.
4.   Action (A) : melakukan perbaikkan yang perlu apabila hasil tidak sesuai rencana semula.
            Keempat langkah ini merupakan proses pengendalian , tidak ada salahnya satu diantara langkah ini yang secara sendirian mewujudkan pengendalian, karena pengendalian adalah penyambungan langkah-langkah ini Plan, Do, Check, Action menjadi sebuah proses yang berkelanjutan. Pengulangan lingkaran  Plan, Do, Check, Action menjurus pada semakin efektifnya perencanaan dan semakin efisiennya pengendalian.
Dari pengertian diatas, maka tujuan dari pengendalian adalah :
1.  Untuk mengetahui apakah segala sesuatu telah berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
2.  Untuk mengetahui apakah kelemahan dan kesulitan serta kegagalan sehingga dapat diadakan suatu tindakan perbaikkan serta mencegah jangan sampai terulang kegiatan yang salah.
3.  Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan dengan efisien dan apakah mungkin mengadakan tindakan perbaikkan dan peningkatan kembali.
            Jadi pengendalian adalah tindakan yang perlu dilakukan untuk menjamin tercapainya tujuan dengan jalan mengadakan pemeriksaan dan pengujian yang dimulai dari bahan mentah sampai produk jadi sehingga sesuai dengan yang diinginkan atau standart yang telah ditetapkan. Dengan adanya pengendalian, diharapkan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dapat dikurangi dan dapat diarahkan pada tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, fungsi pengendalian dilaksanakan bukan saja pada saat pekerjaan sedang dilaksanakan, tetapi juga pada tahap persiapan maupun tahap setelah pekerjaan itu dilakukan.

2.4       Pengertian Kualitas
            Dalam sektor industri, pengendalian kualitas memegang peranan yang penting karena menentukan mutu barang atas produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Bila produk barang atau jasa yang dihasilkan tidak memenuhi standart yang berlaku, tentunya tidak akan disukai oleh konsumen. Ada dua segi umum kualitas, yaitu kualitas rancangan dan kualitas kecocokan. Semua barang dan jasa dihasilkan dalam tingkat kualitas. Dalam dunia industri dikenal bermacam-macam produk dengan berbagai macam variasinya, semua produk ini mempunyai apa yang dinamakan sebagai kualitas. Kadang-kadang suatu produk dapat digolongkan menurut bermacam-macam kualitasnya, mulai dari kualitas yang rendah sampai kualitas yang baik. Pengertian kualitas juga banyak diberikan oleh orang yang ahli dalam bidang manajemen mutu terpadu, diantaranya :
1.   Menurut Vincent Gasperz (1998)
Determinologi kualitas adalah konsistensi peningkatan atau perbaikan dan  penurunan variasi karakteristik dari suatu produk, baik barang maupun jasa yang dihasilkan agar dapat memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan, guna meningkatkan kepuasan pelanggan internal maupun eksternal.
2.   Menurut Goetch dan Garvin (1995)
Kualitas meupakan suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk,   pelayanan, manusia, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.
3.   Menurut A. V. Feigenbaum (1983)
Kualitas adalah sesuatu yang diputuskan oleh pelanggan berdasarkan pengalaman aktual terhadap suatu produk atau jasa, yang diukur berdasarkan persyaratan dari pelanggan tersebut, baik dinyatakan atau tidak dinyatakan, disadari atau tidak disadari, dimana kualitas tersebut telah menjadi sasaran yang bergerak dalam pasar yang penuh persaingan.
4.   Menurut Deming (1982)
Kualitas merupakan kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan harus benar-benar dapat memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu produk yang akan dihasilkan
5.   Menurut Philip B. Crosby (1979)
Kualitas adalah comformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi. Crosby terkenal dengan anjuran manajemen zero defect dan pencegahan, yang menentang tingkat kualitas yang dapat diterima secara statistik (acceptable quality level). Crosby mengemukakan 14 langkah untuk perbaikan kualitas (Crosby’s Fourteen Steps to Quality Improvement), yaitu :
a. Komitmen manajemen
b. Membentuk tim kualitas antar departemen
c. Mengidentifikasi sumber terjadinya masalah saat ini dan masalah potensial.
d. Biaya evaluasi kualitas
      e. Meningkatkan kesadaran akan kualitas
      f. Melakukan tindakan koreksi
      g. Mengadakan program zero defect
      h. Pelatihan bagi supervisi
      i. Mengadakan zero defect day
      j. Menyusun sasaran atau tujuan
      k. Kesalahan menyebabkan adanya perubahan
       l. Mengakui/menerima para karyawan yang berpatisipasi
     m. Membentuk dewan kualitas
   n. Mengulangi setiap tahap tersebut untuk menjelaskan bahwa perbaikan   kualitas adalah proses yang tidak pernah berakhir.

6.   Menurut Joseph M. Juran (1993)
Kualitas adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan penggunaan tersebut didasarkan pada 5 ciri utama, yaitu teknologi (kekuatan/daya tahan), psikologis (cita rasa/status), waktu (keandalan), kontraktual (adanya jaminan), dan etika (sopan santun, ramah atau jujur). Sedangkan aspek utama pada kecocokan penggunaan produk, yaitu :
a.  Ciri-Ciri Produk yang Memenuhi Permintaan Pelanggan Pelanggan sangat mengharapkan produk yang berkualitas tinggi, dimana produk tersebut harus istimewa sehingga berbeda dari produk pesaing dan dapat memenuhi harapan atau tuntutan akan kepuasan pelanggan.
b.   Bebas dari Kelemahan
      Suatu produk dikatakan berkualitas tinggi apabila produk tersebut tidak   memiliki kelemahan (cacat) sehingga sangat menguntungkan perusahaan karena perusahan dapat mengurangi tingkat kesalahan, pengerjaan kembali, pemborosan, ketidakpuasan pelanggan, dan waktu pengiriman produk ke pasar. Serta perusahaan dapat meningkatkan hasil, meningkatkan utilitas kapasitas produksi dan memperbaiki kinerja penyampaian produk atau jasa kepada pelanggan.
7.   Menurut Scherkenbach (1991)
         Kualitas ditentukan oleh pelanggan, dimana pelanggan menginginkan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada suatu tingkat harga tertentu yang menunjukkan nilai produk tersebut.
8.   Menurut Elliot (1993)
Kualitas  merupakan  sesuatu  yang  berbeda  untuk  orang  yang  berbeda  dan
tergantung pada waktu dan tempat, dikatakan sesuai dengan tujuan.





2.5       Pengertian Pengendalian Kualitas
            Pengendalian Kualitas memegang peranan yang penting karena menentukan mutu barang atas produk yang dihasilkan oleh perusahan tersebut. Bila produk barang atau jasa yng dihasilkan tidak memenuhi standart yang berlaku, tentunya tidak akan disukai oleh konsumen. Setelah mengetahui pengertian dari kata pengendalian dan kualitas, maka pengendalian kualitas pun didefinisikan secara menyeluruh menurut beberapa ahli manajemen mutu, diantaranya :
1.  Menurut Feigenbaum (1983)
Pengendalian kualitas merupakan tindakan yang perlu dilakukan untuk menjamin tercapainya tujuan dengan jalan mengadakan pemeriksaan yang dimulai dari bahan mentah sampai bahan jadi sehingga sesuai dengan yang diinginkan.
2.   Menurut Ishikawa (1985)
Pengendalian kualitas adalah keseluruhan cara yang digunakan untuk menetapkan dan mencapai standar mutu atau dapat pula dikatakan bahwa pengawasan mutu adalah suatu sistem yang terdiri atas pengujian, analisis dan tindakan yang harus diambil yang berguna untuk mengendalikan mutu suatu produk sehinggga mencapai standar yang diinginkan.
3.   Menurut Sofjan (1993)
Pengendalian kualitas adalah suatu tindakan atau kegiatan untuk memastikan apakah kebijaksanaan dalam hal mutu dapat tercermin pada hasil akhir. Dengan perkataan lain pengawasan mutu merupakan usaha untuk mempertahankan mutu dari barang yang dihasilkan agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan perusahaan.
4.   Menurut Vincent Gasperz (1998)
Pengendalian kualitas merupakan aktivitas teknik dan manajemen, melalui mana kita mengukur karakteristik kualitas dari barang atau jasa yang dihasilkan, kemudian membandingkan hasil pengukuran dengan spesifikasi output yang diinginkan pelanggan, serta mengambil tindakan perbaikan yang tepat apabila ditemukan perbedaan antara performansi aktual dan standar.
5.   Menurut Agus Ashyari
      Pengendalian kualitas merupakan suatu aktifitas (manajemen perusahaan) untuk menjaga dan mengarahkan agar kualitas produk dan jasa perusahaan dapat dipertahankan sebagaimana yang direncanakan.
6.   Menurut Kaoru Ishikawa
      Pengendalian kualitas adalah pelaksanaan aktifitas untuk mengembangkan, mendesain, memproduksi, dan memberikan jasa produk bermutu yang paling ekonomis, paling berguna, dan selalu memuaskan bagi konsumen.

2.6        Faktor-faktor Yang Menentukan Kualitas
            Menurut Feigenbaum, ada 9 faktor yang menentukan kualitas yang dikenal dengan 9 M, yaitu :
1. Market (pasar)
2. Money (uang)
3. Management (manajemen)
4. Man (manusia)
5. Motivation (motivasi)
6. Materials (bahan)
7. Machines and mechanization (mesin dan mekanisme)
8. Modern Information Method (metode informasi modern)
9. Mounting Product Requirements (persyaratan proses produksi)
Kualitas baik produk maupun jasa secara langsung dipengaruhi sembilan bidang dasar (9 M) yang dalam setiap bidangnya industri sekarang ini bergantung pada sejumlah besar kondisi yang membebani produksi melalui suatu cara yang tidak pernh dialami dalam periode sebelumnya. Bila dikaji lebih dalam lagi keseluruhan faktor diatas bisa dibagi kedalam 2 faktor besar, yaitu :



a. Faktor Utama
    1. Bahan baku
    2. Peralatan dan Teknologi
    3. Sarana Fisik
    4. Manusia Yang Mengerjakannya
b. Faktor pendukung
    1. Persaingan Pasar
    2. Tujuan Organisasi
    3. Pengujian Produk dan Desain Produk
    4. Proses Produksi
    5. Kualitas Input
    6. Perawatan Peralatan
    7. Standart Kualitas
    8. Umpan Balik Dari Pelanggan

2.7        Tujuan Pengendalian Kualitas dan Dimensi-dimensi Dari Kualitas
            Pengendalian kualitas merupakan alat bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas produk bila diperlakukan mempertahankan kualitas yang sudah tinggi dan mengurangi jumlah produk yang rusak. Segala sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi telah direncanakan dengan rapi dan dilaksanakan dengan baik, tetapi kemungkinan hasil produksi tidak sesuai dengan standart dapat saja terjadi. Sehingga pengendalian kualitas dimaksudkan untuk :
a.   pengendalian    kualitas    terhadap    suatu    bahan / produk    sehingga  bahan / produk  yang tersedia memenuhi spesifikasi.
b.   agar dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.
c.   mengetahui  apakah  segala  sesuatu  berjalan  sesuai  dengan  rencana  melalui   instruksi-instruksi serta prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.
d.   mengetahui  apakah  kelemahan  dan  kesulitan  serta  menjaga  jangan sampai    terjadi kesalahan lagi.
e.   mengetahui  apakah  segala  sesuatunya  berjalan  dengan  efisien  dan  apakah  mungkin dapat diadakan perbaikkan.
            Sedangkan untuk mencapai standart kualitas yang diinginkan pelanggan, terdapat 9 dimensi kualitas (Besterfield, 1994). 9 dimensi kualitas ini ada kalanya bersifat independent atau berdiri sendiri, maka dari itu sebuah produk akan dinilai sangat bagus disatu dimensi, dapat dinilai rata-rata atau buruk pada dimensi lainnya. Sangat sedikit produk yang dinilai sempurna pada 9 dimensi. Adapun dimensi-dimensi kualitasnya terdiri dari :
1.   Performance (penampilan) karakter produk yang paling primer atau mendasar,  misalnya sebuah foto.
2.   Features (keistimewaan) karakter kedua dari produk atau keistimewaan tambahan dari produk, seperti remote control.
3.   Conformance (kesesuaian) terpenuhinya spesifikasi atau standart industri yang ditentukan, kecakapan kerja.
4.   Reliability (keandalan) konsistensi dari performance dari waktu ke waktu, rata-rata waktu untuk setiap unit yang rusak.
5.   Durability (ketahanan) masa hidup produk, termasuk perbaikkan.
6.   Service (pelayanan) resolusi untuk masalah-masalah dan keluhan-keluhan, kemudahan untuk perbaikkan.
7.   Response (umpan balik) hubungan antar manusia, contohnya hubungan baik dengan dealer.
8.   Aesthetics (estetika) karakter produk yng berhubungan dengan panca indera, seperti penampilan eksterior.
9.   Reputation (reputasi) penampilan diwaktu lalu dan segala hal yang memberi kesan pada produk, contohnya pernah mendapat penghargaan tertentu.
            Pada dasarnya performansi kualitas dapat ditentukan dan diukur berdasarkan karakteristik kualitas yang terdiri dari beberapa sifat atau dimensi sebagai berikut :
a.   Fisik : panjang, berat, diameter, tegangan, kekentalan, dll.
b.  Sensory (berkaitan dengan panca indera) : rasa, penampilan, warna, bentuk, model, dll.
c.   Orientasi waktu : keandalan (reliability), kemampuan pelayanan (serviceability), kemudahan pemeliharaan (maintainability), ketepatan waktu penyerahan produk, dll.
d.   Orientasi biaya : berkaitan dengan dimensi biaya yang menggambarkan harga atau ongkos dari suatu produk yang harus dibayarkan oleh konsumen.
            Suatu pengukuran performansi kualitas yang akan dilakukan harus mempertimbangkan persyaratan-persyaratan kondisional dalam pengukuran kualitas itu. Hasil dari pengukuran kulitas tersebut akan menjadi landasan dalam membuat kebijakan perbaikkan kualits secara keseluruhan dalam proses bisnis, maka kondisi-kondisi berikut sangat diperlukan untuk mendukung pengukuran kualitas yang tepat, Beberapa kondisi itu adalah :
a.  pengukuran harus dimulai pada permulaan program
b.  pengukuran kualitas dilakukan pada sistem itu
c.  pengukuran kualitas seharusnya melibatkan semua individu yang terlibat dalam
     proses itu.
d.  pengukuran seharusnya dapat memunculkan data.
e.  pengukuran kualitas yang menghasilkan informasi-informasi utama seharusnya 
    dicatat dan harus akurat.
f.  perlu adanya komitmen secara   menyeluruh   untuk   pengukuran   performansi
     kualitas dan perbaikkan.
g.  program-program   pengukuran   dan   perbaikkan   kualitas   seharusnya  dapat
    dipecah-pecah  atau diuraikan  dalam  batas-batas   yang   jelas   sehingga  tidak
     tumpang tindih dengan program yang lain.

2.8       Piranti Data Numerik dan Data Verbal Dalam Pengendalian Kualitas
            Ada beberapa piranti data yang sering digunakan dalam pengendalian kualitas. Piranti data yang digunakan dalam pengendalian kualitas dibedakan menjadi dua, yaitu piranti yang menggunakan data numerik (kuantitatif) dan piranti yang menggunakan data verbal (kualitatif).


            Yang termasuk dalam piranti data numerik dalam pengendalian kualitas, antara lain :
1.   Kertas Periksa (Check Sheet)
Kertas periksa merupakan piranti yang digunakan untuk menghitung seberapa sering sesuatu terjadi dan digunakan dalam pengumpulan dan pencatatan data.
2.   Pareto Chart
Pareto chart adalah alat yang digunakan untk membandingkan berbagai kategori  kejadian yang disusun menurut ukurannya untuk menentukan pentingnya kategori kejadian-kejadian atau sebab-sebab yang akan dianalisis.
3.   Histogram
Histogram adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan variasi data  pengukuran dan variasi data proses.
4.   Diagram Pencar (Scatter Diagram)
Diagram pencar merupakan gambaran yang menunjukkan kemungkinan hubungan antara pasangan dua macam variabel dan menunjukkan keeratan hubungan antara dua variabel tersebut yang sering diwujudkan sebagai koefisien korelasi.
5.   Diagram Perjalanan (Run Chart)
Diagram perjalanan adalah grafik yang menunjukkan variasi ukuran sepanjang waktu, kecenderungan, daur, dan pola-pola lain dalam suatu proses.
6.   Control Chart
Control chart merupakan grafik yang menyerupai run chart yang digunakan untuk menentukan apakah suatu proses berada dalam keadaan in control atau out control (Dorothea, 1999).
            Sedangkan untuk piranti data verbal yang digunakan dalam pengendalian kualitas,yaitu :
1.   Diagram Alur (Flow Chart)
Diagram alur adalah gambaran skematik atau diagram yang menunjukkan seluruh langkah dalam suatu proses dan menunjukkan bagaimana langkah itu saling mengadakan interaksi satu sama lain.


2.   Brainstorming
Brainstorming merupakan cara untuk memacu pemikiran kreatif guna mengumpulkan ide-ide dari suatu kelompok dalam waktu yang relatif singkat.
3.   Diagram Gabungan (Affinity Diagram)
Diagram gabungan adalah diagram yang digunakan untuk menyaring data yang berjumlah besar dan menciptakan pola pikir baru.
4.   Diagram Sebab-Akibat (Cause and Effect Diagram)
Diagram Sebab-Akibat merupakan suatu pendekatan terstruktur yang memungkinkan dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan penyebab-penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian, dan kesenjangan yang ada.

2.9.      Penetapan Standart, Toleransi dan Inspeksi
2.9.1        Penetapan Standart
            Pada umumnya penetapan standart kualitas akan menentukan standart terhadap rekayasa, desain proses, dan pemilihan material. Para product engineering menetaptan standart dengan mengadakan penyilidikan terhadap produk, proses, dan material. Secara teknis, kualitas suatu produk dapat ditentukan berdasarkan percobaan-percobaan dengan membuat produk. Dari percobaan-percobaan yang telah dilakukan kemudian dibandingkan serta mengadakan evaluasi terhadap produk yang dibuat berdasarkan percobaan-percobaan tersebut. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa produk yang dihasilkan dapat memenuhi kualitas yang diharapkan. Akan tetapi kualitas yang belum ditetapkan secara pasti perlu juga diperhitungkan mengenai berapa biaya yang dikeluarkan untuk membuat produk tersebut karena hal ini bersangkutan dan berpengaruh terhadap harga jual atau selling price.  
            Para konsumen dapat juga menentukan standart dengan memberikan keputusan untuk membeli atau tidak suatu produk. Dengan demikian standart ditetapkan pad tingkat kualitas yang diinginkan para pelanggan. Tetapi para produk engineering jangan hanya memuaskan para pembeli dengan testing terhadap produk, tetapi juga harus mempertimbangkan masalah yang timbul bagi manufacturing organization yang menghendaki quality standart yang diinginkan dan yang akan mempengaruhi manufacturing cost dan selling price. Dengan demikian maka perlu keseimbangan antara segi teknis dan segi ekonomis.
            Dengan dibentuknya standart of quality suatu produk, dipaksa pula untuk menetapkan standart of materials dan material in process serta performance standart. Mengenai standart of material dapatlah dikemukakan dalam bentuk bill of material setelah mengalami beberapa percobaan sebelumnya. Dari bill of material kemudian diwujudkan dalam bentuk pelaksanaan proses produksi. Standart of materials in process ditetapkan berdasrkan of quality dari produk yang telah dihasilkan dan juga yang telah mengalami percobaan-percobaan sebelumnya. Agar hasil kerja dari inspeksi menjadi baik maka penetapan standart sangat penting karena tidak ada inspeksi yang memuaskan tanpa adanya standart tertentu.

2.9.2        Toleransi
            Masalah toleransi muncul karena pada suatu produk, pabrik harus mengikuti ukuran atau standart yang telah ditetapkan. Dalam menentukan ukuran standart para enginer harus menentukan ukuran tertentu. Toleransi ini didefinisikan sebagai batas bawah daerah penerimaan. Dalam praktik sangatlah sukar menacapai suatu standart secara sempurna serta diakui pula bahwa apabila tidak mungkin menhindari variasi-variasi dari suatu basic criteria, maka diusahakan untuk membatasi variasi-variasi tersebut.
            Agar lebih mengerti prinsip-prinsip yang mendasari penetapan standart dari quality article maka diadakan penyelidikan secara terus-menerus terhadap manufacturing variebel yang membuat toleransi diperlukan. Toleransi ini sangat erat hubungannya dengan biaya pembuatan. Makin tepat (makin kecil toleransinya, biayanya akan semakin tinggi) karena dalam pembuatannya membutuhkan ketelitian yang lebih besar.


2.9.3        Inspeksi
            Umumnya inspeksi adalah tindakan dalam membandingkan sesuatu dengna suatu standart yang dapat diterima untuk menentukan jumlah jika ada penyimpangan dari standart tersebut. Dengan inspeksi ini maka dapat diperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada. Jika pembetulan diadakan setelah terjadi kesalahan maka hal ini dinamakan pemeriksan korektif. Tetapi kalau kesalahan ini dibetulkan sebelum terjadinya kesalahan maka hal ini dinamakan pemeriksaan preventif. Disini bahan-bahan yang diterima sudah ditelitinya dengan baik sebelum digunakan. Begitu pula dengan mesin-mesin yang digunakan, sudah diuji terlebih dahulu dan diharapkan tidak terjadi keslahan. Para pekerja dilatih sebaik-baiknya sehingga dapat melakukan pekerjaan dengan baik pula. Semua ini untuk mencegah terjadinya kesalahan di kemudian hari.






   

Diberdayakan oleh Blogger.