2.1 Pendahuluan
Tulang merupakan alat gerak pasif
karena digerakkan oleh otot. Otot merupakan gerak aktif karena mempunyai kemampuan berkontraksi
sehingga mampu menggerakan tulang. Gerakan tubuh terjadi karena adanya
kerjasama antara tulang dan otot. Otot dapat berkontraksi karena adanya kontraksi.
Tulang
didalam tubuh dapat berhubungan secara erat atau tidak erat. Tulang mempunyai
peranan penting karena gerak tidak tidak akan terjadi tanpa tulang.
Tulang-tulang
pada manusia membentuk rangka yang berfungsi untuk memberikan bentuk tubuh,
melindungi alat tubuh yang vital, menahan dan menegakkan tubuh, tempat
pelekatan otot, tempat menyimpan zat kapur, dan tempat pembentukan darah.
Kelainan
dan gangguan pada tulang dapat menggangu proses gerakan yang normal. Kelaianan
dan gangguan ini dapat terjadi karena kekurangan vitamin D, penyakit (arthiritis),
kecelakaan, atau karena kebiasaan yang salah dalam waktu yang lama.
2.2 Tulang
Seperti
yang telah dibahas sebelumnya, tulang disebut sebagai alat gerak pasif yang
digerakkan oleh otot. Akan tetapi, tulang tetap mempunyai peranan penting
karena gerak tidak akan terajadi tanpa tulang.
2.2.1 Jenis-jenis Tulang
1. Tulang Rawan (kartilago)
Tulang
rawan bersifat lentur serta terdiri dari sel-sel rawan yang dapat menghasilkan
matriks berupa kodrin. Pada anak-anak, jaringan tulsng rawan banyakn
mengandung sel-sel, sedangkan pada orang
dewasa, tulang rawan hanya terdapat pada beberapa tempat, misalnya cuping
hidung, cupung telinga, antara tulang rusuk dan tulang dada, sendi-sendi
tulang, antara ruas tulang belakang, dan pada cakra epifisis.
Tulang rawan pada orang dewasa dibenuk oleh
selaput tulang rawan (perikondrium) yang mengandung sel-sel pembentuk
tulang rawan (kondroblas).
2. Tulang (osteon)
Tulang
bersifat keras dan berfungsi menyusun berbagai sistem rangka. Tulang tersusun
atas bagian-bagian sebagai berikut :
a.
Osteoprogenerator merupakan sel khusus, yaitu derivate mesenkima yang memiliki
potensi mitosis dan mampu berdiferensasi menjadi osteoblas. Osteoprogenerator
terdapat dibagian terluar membran (periosteu).
b. Osteoblas merupakan sel tulang muda yang
nantinya akan membentuk osteosit.
c. Osteosit merupakan sel-sel tulang dewasa.
d. Osteoklas merupakan sel yang berkembang dari
monosit dan terdapat disekitar permukaan tulang. Fungsi osteoklas untuk
perkembangan, pemeliharaan, perawatan, dan perbaikan tulang.
Pembentukan tulang terjadi setelah
terbentuknya tulang rawan (kartilago). Kartilago dihasilkan oleh sel-sel
mesenkima. Setelah kartilago terbentuk, bagian dalamnya akan
berongga dan terisi osteoblas. Osteoblas juga menempati jaringan
seluruhnya dan membentuk sel-sel tulang.
Sel-sel
tulang dibentuk terutama dari arah dala ke luar, atau proses pembentukannya
konsentris. Setiap satuan-satuan sel tulang mengelilingi suatu pembuluh darah
dan saraf membentuk suatu sistem yang disebut sistem Havers.
Disekeliling
sel–sel tulang senyawa protein yang akan menjadi matriks tulang. Kelak, kedalam
senyawa proein ini terdapat pula senyawa kapur dan fosforus sehingga
matriks tulang rawan akan mengeras. Proses penulangan disebut Osifikasi.
Berdasarkan matriksnya,
jaringan tulang dibedakan sebagai berikut
1.
Tulang kompak, merupakan tulang
dengan matriks yang padat dan rapat, misalnya tulang pipa.
2. Tulang spons, meruoakan tulang yang
matriksnya berongga, misalnya tulang pipih dan tulang-tulang pendek.
Berdasarkan bentuknya,
terdapat tiga macam bentuk utama tulang yang menyusun rangka tubuh, yuaitu :
a. Tulang Pipa (Tulang Panjang )
Tulang pipa berbentuk tabung
dan pada umumnya berongga. Diujung tulang pipa terjadi perluasan yang berfungsu
untuk berhubungan dengan tulang lain. Contoh tulang betis, tulang kering,
tulang hasta, dan tulang pengumpil.
Tulang pipa terbagi menjadi
tiga bagian yaitu bagian tengah disebut diaifis, bagian ujung disebut epifisis,
dan antara apifisis dan diafisis disebut cakra epifisis. Pada anak-anak, cakra
epifisis berupa kartilago yang mengandung osteoblas, dan pada orang
dewasa yang sudah bertambah tinggi lagi, cakra epifisis sudah menulang. Osteoblas
menempati rongga yang disebut sumsum tulang.
b. Tulang pipih
Tulang
pipih tersususn atas dua lempengan tulang kompak dan tulang spons yang
didalamnya terdapat tulang sumsum. Kebanyakan tulang pipih menyusun dinding
rongga, sehingga sering rongga berfungsi sebagai pelindung atau untuk
memperkuat. Contoh tulang rusuk, tulang ikat, dan tulang tengkorak.
c. Tulanng pendek
Tulang
pendek berbentuk kubus dan hanya ditemukan pada pangkal kaki, pangkal lengan,
dan ruas-ruas tulang belakang.
d. Tulang tak berbentuk
Tulang
tak berbentuk memiliki bentuk yang tidak tertentu. Tulang ini terdapat diwajah
dan tulang belakang.
2.2.2
Fungsi Tulang
Tulang-tulang pada
manusia selain menyusun rangka, juga mempunyai fungsi lain, yaitu ;
a. Memberi bentuk tubuh
b. Melindungi alat tubuh yang vital
c. Menahan dan menegakkan tubuh
d. Tempat perlekatan otot
e. Tempat menyimpan mineral
f. Tempat pembenukan sel darah
g. Tempat menyimpan energi, yaitu
simpana lemak yang ada disumsum kuning
2.2.3
Hubungan Antar Tulang
Tulang dalam tubuh berhubungan
secara erat atau tidak erat. Hubungan antar tulang disebut artikulasi.
Untuk dapat bergerak diperlikan struktur yang khusus (sendi) yang terdapat pada
artikulasi. Terbentuknya sendi dapat dimulai dari kartilago
didaerah sendi. Mula-mula kartilago lalu kedua ujungnya akan diliputi
jaring ikat. Kemudian kedua ujung kartilago membentuk sel-sel tulang,
keduanya diselaputi sendi (membran sinovial) yang liat dan menghasilkan
minyak pelumas tulang yang disebut minyak sinovial.
Didalam
system rangka manusia terdapat tiga jenis hubungan antar tulang, yaitu :
a.
Sinartrosis
Sinartrosis adalah hubungan antartulang yang
tidak memilki celah sendi. Hubungan antartulang ini dihubungkan dengan erat oleh
jaringan serabut sehingga sama sekali tidak bisa digerakkan. Ada dua tipe utama sinatrosis, yaitu suture
dan sinkandrosis. Suture adalah hubungan antar tulang yang
dihubungkan dengan jaringan ikat serabut padat. Contohnya pada tengkorak. Sinkondrosis
adalah hubungan antartulang yang dihubungkan oleh kartilago hialin.
Contohnya hubungan antara apifisis dan diafisis pada tulang
dewasa.
b.
Amfiartrosis
Amfiartrosis
adalah sendi yang
dihubungkan oleh kartilago sehingga memungkinkan untuk sedikit gerakan. Amfiartrosis
dibagi menjadi dua, yaitu simfisis dan sindesmosis. Pada simfisis,
sendi dihubungkan oleh kartilago serabut yang pipih, contohnya pada
sendi intervertebral dan simfisis pubik. Pada sindesmosis,
sendi dihubungkan oleh jaringan ikat serabut dan ligamen. Contohnya
sendi antartulang betis dan tulang kering.
c.
Diartrosis
Diartrosis
adalah hubungan
antar tulang yang kedua ujungnya tidak dihubungkan oleh jaringan sehingga
tulang dapat digerakkan. Diartrosis disebut juga hubungan sinovial
yang dicirikan oleh keleluasaannya dalam bergerak dan fleksibel. Sendi ada yang
dapat bergerak satu arah dan ada pula yang bergerak kebeberapa arah. Diartrosis
dicirikan memiliki permukaan sendi dibalut oleh selaput atau kapsul jaringan
ikat fibrous. Bagian dalam kapsul dibatasi oleh membran jaringan ikat
yang disebut membran sinovial yang menghasilkan cairan pelumas untuk
mengurangi gesekan. Kapsul fibrous ada yang diperkuat oleh ligamen
dan ada yang tidak. Didalam kapsul biasa terdapat bantalan kartilago
serabut.
Hubungan antartulang
yang bersifat diartrosis contohnya adalah sebagai berikut :
1. Sendi Peluru
Kedua
ujung tulang berbentuk lekuk dan bongkol. Bentuk ini memungkinkan gerakan yang
lebih bebas dan dapat berporos tiga, misalnya sendi pada gelang bahu dan gelang
panggul.
2. Sendi Engsel
Kedua
ujung tulang berbentuk engsel dan berporos satu, misalnya pada siku, lutut,
mata kaki, dan ruas antar jari.
3. Sendi Putar
Ujung
yang satu dapat mengitari ujung tulang yang lain. Bentuk seperti ini
memungkinkan untuk gerak rotasi dengan satu poros, misalnya antara tulang hasta
dan tulsng pengumpil., dan antara tulang atlas dengan tulsng tengkorak.
4. Sendi Ovoid
Sendi
in memungkinkan gerakan dua dengan gerak kiri dan kanan, dan muka belakang.
Ujung tulang yang satu berbentuk elip. Misalnya antara tulang pengumpil dan
tulang pergelangan tangan.
5. Sendi Pelana atau Sela
Kedua
ujung tulang membentuk sendi yang berbentuk pelana dan berporos dua, tetapi
dapat bergerak lebih bebas, seperti orang naik kuda. Misalnya sendi antara
tulang telapak tangan dan tulang pergelangan tangan pada ibu jari.
6. Sendi Luncur
Kedua ujung tulang agak
rata sehingga menimbulkan gerakan menggeser dan tidak berporos. Contohnya sendi
antartulang pergelangan tangan, antartulang pergelangan kaki, antartulang
selangka, dan tulang belikat.
2.2.4
Sistem Rangka
Tulang-tulang
dalam tubuh membentuk sistem rangka kemudian sistem rangka ini bersama-sama
menyususun kerangka tubuh. Secara garis besar, rangka(skeleton) manusia
dibagi menjadi dua, yaitu rangka aksial dan rangka apendikuler.
a. Rangka Aksial
Rangka
aksial terdiri dari tulang belakang, tulang tengkorak dan tulang rusuk. Lebih
mendalam mengenai tulang-tulang dalam sistem rangka, yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.1 Tulang-tulang dalam Sistem Rangka
|
Nama
|
Jumlah
|
A. Tengkorak teerdiri dari
1. Kranium (Temourung kepala)
|
- Frontal
(tulang dahi)
- Ubun-ubun
- Pelipis
- Osipital
- Sfenoid
(tulang baji)
- Ethmoid
|
1
2
2
1
1
1
|
2. Wajah
|
- Mandibula
- Nasal
(tulang hidung)
- Lakrimal
- Vomer
- Konka inferior
- Sigamatik
- Palatin
(tulang lelangit)
- Maksilla
|
1
2
2
1
2
2
2
|
3.
|
- Maleus
(tulang martil)
- Inkus
(tulang paron)
- Stapes
|
2
2
2
|
Hioid |
1
|
|
C.
|
- Servik
(leher)
- Thorasik (punggung)
- Lumbar
(pinggang)
- Sakrum
(selangkang)
- Koksigea (tulang ekor)
|
7
12
5
1
1 (4 ruas berisi menjadi 1)
|
D. Tulang Dada (Sternum)
|
- Manubrium
- Gladioblus
- Xifoid
|
1
1
bergabung jadi 1
1
|
- Rusuk sejati (
- Rusuk palsu (C. spuria)
- Rusuk melayang
|
7 pasang
3 pasang
2 pasang
|
b. Rangka Apendikuler
Tulang
rangka Apendikuler bagian atas dan bawah terdiri atas beberapa jumlah
tulang sebagai berikut :
Tabel 2.2 Tulang Rangka
Apendikuler Bagian Atas
|
Nama
|
|
BAGIAN ATAS
|
-
-
-
-
-
-
- Skapoid
- Lunate
- Triquetrum
- Pisiform
- Trapesium
- Trapesoid
- Kapitatum
- Hamate
-
- Jari tangan (Falanges)
|
2
2
2
2
2
16 (8 pada tiap tangan)
2
2
2
2
2
2
2
1
10
28
|
Tabel 2.3 Tulang Rangka Apendikuler Bagian Bawah
|
Nama
|
|
BAGIAN BAWAH
|
- Os koska atau Inominat
-
- Iskium
- Pubis
- Paha (Femur)
- Lutut (Tibia)
-
-
-
- Kalkaneus
- Talus
- Kubid
- Nakular
- Kuneiformis
- Telapak Kaki (Metatarsal)
- Jari Kaki (Falanges)
|
2 (masing-masing merupakan gabungan
dari 3 tulang dikiri dan kanan
1
1
1
2
2
2
2
14 (7 pada tiap kaki)
2
2
2
2
6
10
28
|
2.3
Otot
Otot merupakan alat
gerak aktif karena kemampuannya berkontraksi. Otot memendek jika sedang
berkontraksi dan memanjang jika sedang berelaksasi. Kontraksi terjadi jika otot
sedang melakukan kegiatan, sedangkan relaksasi otot terjadi jika otot sedang
beristirahat.
Dengan demikian otot memilki 3
karakter, yaitu :
1. Kontraktibilitas, yaitu kemampuan otot untuk
memendek dan lebih pendek dari ukuran semula, hal in terjadi jika otot sedang
melakukan kegiatan.
2. Kontrabilitas, yaitu kemampuan untuk memanjang
dan lebih panjang dari ukuran semula.
3. Elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali
pada bentuk semula.
Otot tersusun atas dua
macam filamen dasar, yaitu filamen aktin dan filamen
miosin. Filamen aktin tipis dan filamen miosin
tebal. Kedua filamen ini menyusun miofibril. Miofibril
menyusun serabut otot, dan serabut-serabut menyusun satu otot.
2.3.1
Jenis-jenis otot
Berdasarkan bentuk
morfologo, system kerja, dan lokasinya dalam tubuh, otot dibedakan menjadi
tiga, yaitu :
a. Otot Lurik (Otot Rangka )
Otot rangka dapat
berkontraksi dengan cepat da mempunyai periode istirahat berkali-kali. Otot
rangka ini memiliki kumpulan serabut yang dibungkus oleh fasia fropia
dibungkus keselaput fasia superfasialis.
Gabungan otot berbentuk
kumparan dan terdiri dari bagian :
1. Ventrikel (Empal), merupakan
bagian tengah yang mengembang.
2. Urat otot (Tendon), merupakan
kedua ujung yang mengecil .
Urat otot (Tendon)
tersusun dari jaringan ikat dan bersifat keras serta liat.
1. Origi merupakan tendon yang melekat pada tulang yang
tidak berubah kedudukannya ketika otot berkontraksi.
- Inersio merupakan tendon yang melekat
pada tulang yang bergerak ketika otot berkontraksi.
Otot yang
dilatih terus-menerus akan membesar dan mengalami hipertrofit,
sebaliknya, jika otot tidak digunakan (tidak ada aktifitas) akan mengalami
kisut atau mengalami atrofi.
b. Otot Polos
1. Dindingsaluran pencernaan
2. Saluran pernafasan
3. Saluran kencing dan kelamin
c. Otot Jantung
2.2.3 Fungsi Otot
Otot
dapat berkontraksi karena adanya rangsangan. Umumnya otot berkontraksi bukan
karena satu rangsangan yang berurutan. Rangsangan kedua memperkuat rangsangan
pertama dan rangsangan ketiga memperkuat rangsangan kedua. Dengan demikian
terjadilah ketegangan atau Tonus yang maksimum. Tonus yang
maksimum terus menerus disebut Tetanus.
Sifat kerja otot
dibedakan atas Antagonis dan Sinergis seperti ini :
a. Antagonis
Antagonis adalah kerja otot yang kontraksinya
menimbulkan efek gerak berlawanan, contohnya adalah :
1. Ekstensor (meluruskan) dan Fleksor (
membengkokkan), misalnya otot Trisep dan otot Biseps.
2. Abduktor (menjauhi badan), misalnya gerak tangan
sejajar bahu dan sikap sempurna.
3. Depresor (kebawah) dan Elevator (keatas),
misalnya gerak kepala merunduk dan menengadah.
4. Supindor (menengadah) dan Pronator
(menelungkup), misalnya gerak telapak tangan menelungkup.
b. Sinergis
Sinergis adalah otot-otot yang kontraksinya
menimbulkan gerak searah. Contohnya Pronator Teres dan Pronator
Kuadratus.
2.3.3
Mekanisme Gerak Otot
Dari hasil penelitian
dan pengamatan dengan mikrokop elektron dan difraksi sinar X, Hansen
dan Huxly (1955) mengemukakan teori kontraksi otot yang disebut model
sliding filaemen. Model ini menyatakan bahwa kontraksi didasarkan adanya
dua set filamen didalam sel otot kontraktil yang berupa filamen miosin.
Rangsangan yang diterima oleh asetikolin menyebabkan aktomiosin
mengerut (kontraksi). Kontraksi ini memerlukan energi.
Pada waktu kontraksi, filamen
aktin meluncur diantara myosin kedalam zona (zona H adalah begian terang
diantatara 2 pita gelap). Dengan demikian serabut otot menjadi memendek yang
tetap panjang adalah ban A (pita gelap), sedangkan ban I (pita terang), dan
zona bertambah pendek waktu kontraksi.
Ujung miosin
dapat meningkat ATP dan mengidrolisisnya menjadi ADP beberapa energi dilepaskan
demgan cara memotong pemindahan ATP kemiosin
yang berubah bentuk kekonfigurasi energi tinggi. Miosin yang berenergi
tinggi ini kemudian meningkatkan diri dengan kedudukan khusus pada aktin
membentuk jembatan silang. Kemudian simpanan energi miosin dilepaskan,
dan ujung miosin lalu beristirahat dengan energi rendah, pada saat
inilah terjadi relaksasi. Relaksasi ini berubah sudut pelekatannya, ujung miosin
menjadi miosin ekor.
Ikatan antara miosin
energi rendah dan aksin terpecah ketika molekul baru ATP bergabung dengan ujung
miosin. Kemudian siklus tadi berulang lagi.
2.3.4 Sumber Energi
Untuk Gerak
Otot
ATP (Adenosin Tri Phosphat )
merupakan sumber energi utama untuk kontrksi otot. ATP berasal dari oksidasi
karbohidrat dan lemak. Kontraksi otot merupakan interaksi antara aksin dan
miasin yang memerlukan ATP.
ATP
ADP + P
ATpase
Fosfokreatin merupakan persenyawaan fosfat
berenergi tinggi yang terdapat dalam konsentrasi tinggi pada otot. Fosfokreatin
tidak dapat dipakai langsung sebagai sumber energi, tetapi Fosfokreatin
dapat memberikan energinya kepada ADP.
Kreatin
Fosfokinase
Pada otot lurik, jumlah Fosfokreatin
lebih dari 5 kali jumlah ATP. Pemecahan ATP dan Fosfokreatin untuk
menghasilkan energi tidak memerlukan oksigen bebas, oleh sebab itu, fase
kontraksi otot sering disebut fase anaerob.
Jika otot berkontraksi dalam waktu yang
lama dapat terjadi kelelahan. Hal ini disebabkan menurunnya ATP dan Fosfokreatin
sedangkan ADP, AMP, dan laktat naik konsentrasinya.
Sumber lain untuk
memperoleh energi ialah mengubah glikogen menjadi glukosa. Glikogen
merupakan senyawa yang tidak larut. Untuk itu maka glikogen dilarutkan
dulu menjadi laktasidogen akan diubah menjadi glikosa dan asam laktat. Glukosa
akan dioksidasikan dan menghasilkan CO2, H2O, dan energi.
Energi yang dibebaskan untuk membentuk ATP dan Fosfokreatin. Proses
pemecahannya glikogen menjadi glukosa dan glukosa menjadi CO2 dan H2O
berlangsung pada saat otot dalam keadaan relaksasi dengan menggunakan oksigen
bebas. Oleh karena itu fase relaksasi disebut juga fase anaerob seperti
skema berikut ini.
Jika dalam otot banyak
terdapat timbunan asam laktat yang menyebabkan kelelahan maka akan dioksidasi
dengan oksigen. Jika oksigen yang digunakan mengoksidasi asam laktat terlalu
banyak akan menyebabkan nafas tersengal-sengal.
2.4 Kelainan dan Gangguan Pada
Tulang dan Otot
2.4.1 Kelainan dan Gangguan Pada Tulang
Kelainan
dan gangguan pada tulang sangat menggangu proses gerakan yang normal. Kelainan
dan gangguan pada tulang dapat terjadi karena :
1. Kekurangan vitamin D
Kekurangan
vitamin D pada anak-anak menyebabkan rakhitis, biasanya terlihat pada
pertumbuhannya yang terganggu dan kaki berbentuk O atau X. Pada orang dewasa,
kekurangan vitamin D menyebabkan osteomalasi atau kekurangan zat kapur
pada tulang.
2. Kecelakaan
Gangguan
pada tulang dapat berupa memar dan fraktura. Memar merupakan gangguan
akibat sobeknya selaput sendi sedangkan fraktura adalah patah tulang. Fraktura
dibedakan menjadi :
a. Patah tulang tertutup, bila tulang
yang patah tidak merobek kulit.
b. Patah tulang terbuka, bila tulang
yang patah merobek kulit dan mencuat keluar.
c. Fisura, bila tulang hanya retak.
3.
Kebiasan yang salah
Kebiasaan
duduk yang salah atau membawa beban disatu sisi tubuh saja dapat menyebabkan
kelainan pada tulang seperti :
a.
Lordosis, terjadi jika tulang leher dan panggul terlalu bengkok kedepan
b.
Kifosis, terjadi jika tulang pinggung dan tungging terlalu bengkok
kebelakang.
c.
Skoliosis, terjadi jika ruas-ruas tulang belakang bengkok kesamping.
4.
Nekrosa
Terjadi jika
selaput tulang (periosteum) rusak sehingga bagian tulang tidak
memperoleh makanan, lalu mati dan mengering.
5.
Gangguan pesendian
Macam-macam
gangguan persendian seperti :
a.
Dislokasi, disebabkan bergesernya sendi dari kedudukan semula karena jaringan
penggantungnya (ligamentum) sobek.
b.
Ankilosis adalah suatu keadaan persendian yang tidak dapat digerakkan karena
seolah-olah menyatu.
c.
Terkilir, terjadi karena
gerakan tiba-tiba atau gerakan yang jarang atau sulit dilakukan yang
menyebabkan tertariknya ligamentum keposisi yang tidak sesuai, tetapi
sendi tidak bergeser.
d.
Artritis, yaitu peradangan yang terjadi pada sendi. Artritis
dibedakan menjadi :
a)
Artritis Gout, terjadi karena adanya timbunan asam urat pada sendi-sendi kecil
terutama jari-jari tangan. Akibatnya ruas jari membesar.
b) Osteoartritis, merupakan gangguan pada sendi
yang digerakkan karena menipisnya tulang rawan sehingga menyebabkan degenerasi.
b)
Artritis Eskudatif , terjadi karena rongga sendi terisi cairan getah radang yang disebabkan
oleh kuman.
c)
Artritis Sika adalah berkurangnya minyak sendi yang menyebabkan rasa nyeri saat
tulang digerakkan.
6.
Serangan kuman pada sendi
a.
Ifeksi Gonorhoe dan Sifilis
dapat menyerang persendian sehingga sendi menjadi kaku.
b.
Layuh sendi adalah keadaan tidak bertenaga pada sendi yang disebabkan karena
adanya layuhnya tulang akibat infeksi sifilis ketika bayi dalam
kandungan.
2.4.2 Kelainan Pada
Otot
Kelainan yang
terjadi pada otot dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut :
1. Atrofi
Atrofi merupakan suatu keadaan mengecilnya otot sehingga kehilangan
kemampuan berkontraksi.
2.
Kelelahan otot
Kelelahan
otot terjadi karena terus meneru melakukan aktifitas, dan bila ini berlanjut
dapat terjadi kram.
3. Tetanus
Tetanus adalah otot yang terus menerus berkontraksi (tonus atau
kejang) akibat serangan bakteri Clostridium tetani.
4. Miestenia Grafis
Miestenia
gravis adalah melemahnya otot secara
berangsur-angsur sehingga menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian. Penyebabnya
belum diketahui dengan pasti.
5.
Kaku dan leher (stiff)
Stiff adalah peradangan otot trapesius leher sehingga leher terasa kaku. Stiff
terjadi akibat kesalahan gerak.