Selasa, 19 November 2013

Sistem rangka


BAB II
LANDASAN TOERI



2.1 Pendahuluan
          Tulang merupakan alat gerak pasif karena digerakkan oleh otot. Otot merupakan gerak aktif  karena mempunyai kemampuan berkontraksi sehingga mampu menggerakan tulang. Gerakan tubuh terjadi karena adanya kerjasama antara tulang dan otot. Otot dapat berkontraksi  karena adanya kontraksi.
            Tulang didalam tubuh dapat berhubungan secara erat atau tidak erat. Tulang mempunyai peranan penting karena gerak tidak tidak akan terjadi tanpa tulang.
            Tulang-tulang pada manusia membentuk rangka yang berfungsi untuk memberikan bentuk tubuh, melindungi alat tubuh yang vital, menahan dan menegakkan tubuh, tempat pelekatan otot, tempat menyimpan zat kapur, dan tempat pembentukan darah.
            Kelainan dan gangguan pada tulang dapat menggangu proses gerakan yang normal. Kelaianan dan gangguan ini dapat terjadi karena kekurangan vitamin D, penyakit (arthiritis), kecelakaan, atau karena kebiasaan yang salah dalam waktu yang lama.

2.2 Tulang
            Seperti yang telah dibahas sebelumnya, tulang disebut sebagai alat gerak pasif yang digerakkan oleh otot. Akan tetapi, tulang tetap mempunyai peranan penting karena gerak tidak akan terajadi tanpa tulang.





2.2.1 Jenis-jenis Tulang
            Ada dua macam tulang berdasarkan jaringan penyusunnya dan sifat fisisknya yaitu :
1.      Tulang Rawan (kartilago)
Tulang rawan bersifat lentur serta terdiri dari sel-sel rawan yang dapat menghasilkan matriks berupa kodrin. Pada anak-anak, jaringan tulsng rawan banyakn mengandung sel-sel,  sedangkan pada orang dewasa, tulang rawan hanya terdapat pada beberapa tempat, misalnya cuping hidung, cupung telinga, antara tulang rusuk dan tulang dada, sendi-sendi tulang, antara ruas tulang belakang, dan pada cakra epifisis.
 Tulang rawan pada orang dewasa dibenuk oleh selaput tulang rawan (perikondrium) yang mengandung sel-sel pembentuk tulang rawan (kondroblas).
2.      Tulang (osteon)
Tulang bersifat keras dan berfungsi menyusun berbagai sistem rangka. Tulang tersusun atas bagian-bagian sebagai berikut :
a.       Osteoprogenerator merupakan sel khusus, yaitu derivate mesenkima yang memiliki potensi mitosis dan mampu berdiferensasi menjadi osteoblas. Osteoprogenerator terdapat dibagian terluar membran (periosteu).
b.      Osteoblas merupakan sel tulang muda yang nantinya akan membentuk osteosit.
c.       Osteosit merupakan sel-sel tulang dewasa.
d.      Osteoklas merupakan sel yang berkembang dari monosit dan terdapat disekitar permukaan tulang. Fungsi osteoklas untuk perkembangan, pemeliharaan, perawatan, dan perbaikan tulang.
Pembentukan tulang terjadi setelah terbentuknya tulang rawan (kartilago). Kartilago dihasilkan oleh sel-sel mesenkima. Setelah kartilago terbentuk, bagian dalamnya akan berongga dan terisi osteoblas. Osteoblas juga menempati jaringan seluruhnya dan membentuk sel-sel tulang.


Sel-sel tulang dibentuk terutama dari arah dala ke luar, atau proses pembentukannya konsentris. Setiap satuan-satuan sel tulang mengelilingi suatu pembuluh darah dan saraf membentuk suatu sistem yang disebut sistem Havers.
Disekeliling sel–sel tulang senyawa protein yang akan menjadi matriks tulang. Kelak, kedalam senyawa proein ini terdapat pula senyawa kapur dan fosforus sehingga matriks tulang rawan akan mengeras. Proses penulangan disebut Osifikasi.
Berdasarkan matriksnya, jaringan tulang dibedakan sebagai berikut
1.      Tulang kompak, merupakan tulang dengan matriks yang padat dan rapat, misalnya tulang pipa.
2.      Tulang spons, meruoakan tulang yang matriksnya berongga, misalnya tulang pipih dan tulang-tulang pendek.
Berdasarkan bentuknya, terdapat tiga macam bentuk utama tulang yang menyusun rangka tubuh, yuaitu :
a.       Tulang Pipa (Tulang Panjang)
      Tulang pipa berbentuk tabung dan pada umumnya berongga. Diujung tulang pipa terjadi perluasan yang berfungsu untuk berhubungan dengan tulang lain. Contoh tulang betis, tulang kering, tulang hasta, dan tulang pengumpil.
      Tulang pipa terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian tengah disebut diaifis, bagian ujung disebut epifisis, dan antara apifisis dan diafisis disebut cakra epifisis. Pada anak-anak, cakra epifisis berupa kartilago yang mengandung osteoblas, dan pada orang dewasa yang sudah bertambah tinggi lagi, cakra epifisis sudah menulang. Osteoblas menempati rongga yang disebut sumsum tulang.
b.      Tulang pipih
Tulang pipih tersususn atas dua lempengan tulang kompak dan tulang spons yang didalamnya terdapat tulang sumsum. Kebanyakan tulang pipih menyusun dinding rongga, sehingga sering rongga berfungsi sebagai pelindung atau untuk memperkuat. Contoh tulang rusuk, tulang ikat, dan tulang tengkorak.
c.       Tulanng pendek
      Tulang pendek berbentuk kubus dan hanya ditemukan pada pangkal kaki, pangkal lengan, dan ruas-ruas tulang belakang.
d.      Tulang tak berbentuk
      Tulang tak berbentuk memiliki bentuk yang tidak tertentu. Tulang ini terdapat diwajah dan tulang belakang.

2.2.2 Fungsi Tulang
Tulang-tulang pada manusia selain menyusun rangka, juga mempunyai fungsi lain, yaitu ;
a.       Memberi bentuk tubuh
b.      Melindungi alat tubuh yang vital
c.       Menahan dan menegakkan tubuh
d.      Tempat perlekatan otot
e.       Tempat menyimpan mineral
f.       Tempat pembenukan sel darah
g.      Tempat menyimpan energi, yaitu simpana lemak yang ada disumsum kuning

2.2.3 Hubungan Antar Tulang
            Tulang dalam tubuh berhubungan secara erat atau tidak erat. Hubungan antar tulang disebut artikulasi. Untuk dapat bergerak diperlikan struktur yang khusus (sendi) yang terdapat pada artikulasi. Terbentuknya sendi dapat dimulai dari kartilago didaerah sendi. Mula-mula kartilago lalu kedua ujungnya akan diliputi jaring ikat. Kemudian kedua ujung kartilago membentuk sel-sel tulang, keduanya diselaputi sendi (membran sinovial) yang liat dan menghasilkan minyak pelumas tulang yang disebut minyak sinovial.
            Didalam system rangka manusia terdapat tiga jenis hubungan antar tulang, yaitu :

a.       Sinartrosis
Sinartrosis adalah hubungan antartulang yang tidak memilki celah sendi. Hubungan antartulang ini dihubungkan dengan erat oleh jaringan serabut sehingga sama sekali tidak bisa digerakkan. Ada dua tipe utama sinatrosis, yaitu suture dan sinkandrosis. Suture adalah hubungan antar tulang yang dihubungkan dengan jaringan ikat serabut padat. Contohnya pada tengkorak. Sinkondrosis adalah hubungan antartulang yang dihubungkan oleh kartilago hialin. Contohnya hubungan antara apifisis dan diafisis pada tulang dewasa.
b.      Amfiartrosis
Amfiartrosis adalah sendi yang dihubungkan oleh kartilago sehingga memungkinkan untuk sedikit gerakan. Amfiartrosis dibagi menjadi dua, yaitu simfisis dan sindesmosis. Pada simfisis, sendi dihubungkan oleh kartilago serabut yang pipih, contohnya pada sendi intervertebral dan simfisis pubik. Pada sindesmosis, sendi dihubungkan oleh jaringan ikat serabut dan ligamen. Contohnya sendi antartulang betis dan tulang kering.
c.       Diartrosis
Diartrosis adalah hubungan antar tulang yang kedua ujungnya tidak dihubungkan oleh jaringan sehingga tulang dapat digerakkan. Diartrosis disebut juga hubungan sinovial yang dicirikan oleh keleluasaannya dalam bergerak dan fleksibel. Sendi ada yang dapat bergerak satu arah dan ada pula yang bergerak kebeberapa arah. Diartrosis dicirikan memiliki permukaan sendi dibalut oleh selaput atau kapsul jaringan ikat fibrous. Bagian dalam kapsul dibatasi oleh membran jaringan ikat yang disebut membran sinovial yang menghasilkan cairan pelumas untuk mengurangi gesekan. Kapsul fibrous ada yang diperkuat oleh ligamen dan ada yang tidak. Didalam kapsul biasa terdapat bantalan kartilago serabut.
Hubungan antartulang yang bersifat diartrosis contohnya adalah sebagai berikut :



1.      Sendi Peluru
Kedua ujung tulang berbentuk lekuk dan bongkol. Bentuk ini memungkinkan gerakan yang lebih bebas dan dapat berporos tiga, misalnya sendi pada gelang bahu dan gelang panggul.
2.      Sendi Engsel
Kedua ujung tulang berbentuk engsel dan berporos satu, misalnya pada siku, lutut, mata kaki, dan ruas antar jari.
3.      Sendi Putar
Ujung yang satu dapat mengitari ujung tulang yang lain. Bentuk seperti ini memungkinkan untuk gerak rotasi dengan satu poros, misalnya antara tulang hasta dan tulsng pengumpil., dan antara tulang atlas dengan tulsng tengkorak.
4.      Sendi Ovoid
Sendi in memungkinkan gerakan dua dengan gerak kiri dan kanan, dan muka belakang. Ujung tulang yang satu berbentuk elip. Misalnya antara tulang pengumpil dan tulang pergelangan tangan.
5.      Sendi Pelana atau Sela
Kedua ujung tulang membentuk sendi yang berbentuk pelana dan berporos dua, tetapi dapat bergerak lebih bebas, seperti orang naik kuda. Misalnya sendi antara tulang telapak tangan dan tulang pergelangan tangan pada ibu jari.
6.      Sendi Luncur
Kedua ujung tulang agak rata sehingga menimbulkan gerakan menggeser dan tidak berporos. Contohnya sendi antartulang pergelangan tangan, antartulang pergelangan kaki, antartulang selangka, dan tulang belikat.

2.2.4 Sistem Rangka
            Tulang-tulang dalam tubuh membentuk sistem rangka kemudian sistem rangka ini bersama-sama menyususun kerangka tubuh. Secara garis besar, rangka(skeleton) manusia dibagi menjadi dua, yaitu rangka aksial dan rangka apendikuler.
a.       Rangka Aksial
Rangka aksial terdiri dari tulang belakang, tulang tengkorak dan tulang rusuk. Lebih mendalam mengenai tulang-tulang dalam sistem rangka, yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.1 Tulang-tulang dalam Sistem Rangka

Divisi Tulang

Nama Tulang Penyusun
Jumlah
A.      Tengkorak teerdiri dari
1. Kranium (Temourung kepala)


-    Frontal (tulang dahi)
-    Ubun-ubun
-    Pelipis
-    Osipital
-    Sfenoid (tulang baji)
-    Ethmoid

1
2
2
1
1
1
2. Wajah
-    Mandibula
-    Nasal (tulang hidung)
-    Lakrimal
-    Vomer
-    Konka inferior
-    Sigamatik
-    Palatin (tulang lelangit)
-    Maksilla

1
2
2
1
2
2
2
3. Osikula Telinga
-    Maleus (tulang martil)
-    Inkus (tulang paron)
-    Stapes
2
2
2
B. Hioid

Hioid

1
C. Tulang Belakang (Vertebrae)
-    Servik (leher)
-    Thorasik (punggung)
-    Lumbar (pinggang)
-    Sakrum (selangkang)
-    Koksigea (tulang ekor)
7
12
5
1
1 (4 ruas berisi menjadi 1)
D. Tulang Dada (Sternum)
-    Manubrium
-    Gladioblus
-    Xifoid
1
1       bergabung jadi 1
1
E. Rusuk (Costae)
-    Rusuk sejati (C. vera)
-    Rusuk palsu (C. spuria)
-    Rusuk melayang
7 pasang
3 pasang
2 pasang


b.      Rangka Apendikuler
Rangka Apendikuler terdiri atas pinggul, bahu, telapak tangan, tulang-tulang lengan, tungkai, dan telapak kaki. Secara umum, rangka Apendikuler menyusuun alat gerak, yaitu tangan dan kaki yang dibedakan atas rangka bagian atas dan rangka bagian bawah.
Tulang rangka Apendikuler bagian atas dan bawah terdiri atas beberapa jumlah tulang sebagai berikut :
Tabel 2.2 Tulang Rangka Apendikuler Bagian Atas

Divisi Rangka

Nama Tulang Penyusun
Jumlah Tulang
BAGIAN ATAS
-    Tulang Selangka (Kalvikula)
-    Tulang Belikat (scapula)
-    Tulang Pangkal Lengan (Humerus)
-    Tulang Hasta (Ulna)
-    Tulang Pengumpil (Radius)
-    Tulang Pergelangan Tangan (Karpal)
-    Skapoid
-    Lunate
-    Triquetrum
-    Pisiform
-    Trapesium
-    Trapesoid
-    Kapitatum
-    Hamate
-    Tulang Telapak Tangan (Metakarpal)
-    Jari tangan (Falanges)
2
2
2
2
2
16 (8 pada tiap tangan)
2
2
2
2
2
2
2
1
10
28










Tabel 2.3 Tulang Rangka Apendikuler Bagian Bawah

Divisi Rangka

Nama Tulang Penyusun
Jumlah Tulang
BAGIAN BAWAH
-    Os koska atau Inominat


-    Ilium
-    Iskium
-    Pubis
-    Paha (Femur)
-    Lutut (Tibia)
-    Tulang Betis (Fibula)
-    Tulang Kering (Fibia)
-    Tulang Tumit (Tarsal)
-    Kalkaneus
-    Talus
-    Kubid
-    Nakular
-    Kuneiformis
-    Telapak Kaki (Metatarsal)
-    Jari Kaki (Falanges)

2 (masing-masing merupakan gabungan dari 3 tulang dikiri dan kanan
1
1
1
2
2
2
2
14 (7 pada tiap kaki)
2
2
2
2
6
10
28


2.3 Otot
Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuannya berkontraksi. Otot memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang jika sedang berelaksasi. Kontraksi terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan, sedangkan relaksasi otot terjadi jika otot sedang beristirahat.
            Dengan demikian otot memilki 3 karakter, yaitu :
1.      Kontraktibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memendek dan lebih pendek dari ukuran semula, hal in terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan.
2.      Kontrabilitas, yaitu kemampuan untuk memanjang dan lebih panjang dari ukuran semula.
3.      Elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada bentuk semula.
Otot tersusun atas dua macam filamen dasar, yaitu filamen aktin dan filamen miosin. Filamen aktin tipis dan filamen miosin tebal. Kedua filamen ini menyusun miofibril. Miofibril menyusun serabut otot, dan serabut-serabut menyusun satu otot.

2.3.1 Jenis-jenis otot
Berdasarkan bentuk morfologo, system kerja, dan lokasinya dalam tubuh, otot dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a.       Otot Lurik (Otot Rangka)
Otot Lurik disebut juga otot rangka atau otot serat lintang. Otot ini bekerja dibawah kesadaran. Pada otot lurik, fibril-fibrilnya mempunyai jalur-jalur melintang gelap (anisotrup) dan terang (isotrup) yang tersusun berselang-seling. Sel-selnya berbentuk silindris dan mempunyai banyak inti.
Otot rangka dapat berkontraksi dengan cepat da mempunyai periode istirahat berkali-kali. Otot rangka ini memiliki kumpulan serabut yang dibungkus oleh fasia fropia dibungkus keselaput fasia superfasialis.
Gabungan otot berbentuk kumparan dan terdiri dari bagian :
1.      Ventrikel (Empal), merupakan bagian tengah yang mengembang.
2.      Urat otot (Tendon), merupakan kedua ujung yang mengecil .
Urat otot (Tendon) tersusun dari jaringan ikat dan bersifat keras serta liat.
Berdasarkan cara melekatnya pada tulang, tendon dibedakan sebagai berikut :
1.      Origi merupakan tendon yang melekat pada tulang yang tidak berubah kedudukannya ketika otot berkontraksi.
  1. Inersio merupakan tendon yang melekat pada tulang yang bergerak ketika otot berkontraksi.
Otot yang dilatih terus-menerus akan membesar dan mengalami hipertrofit, sebaliknya, jika otot tidak digunakan (tidak ada aktifitas) akan mengalami kisut atau mengalami atrofi.
b.      Otot Polos
Otot Polos disebut juga otot tak sadar atau otot alat dalam (alat viresal). Otot polos tersusun dalam sel-sel yang berbentuk kumpulan halus. Masing-masing sel memilki satu inti yang letaknya ditengah, konraksi otot polos tidak menurut kehendak, tetapi persaraf oleh sarf otonom. Otot polos terdapat alat-alat dalam tubuh, misalnya pada :
1.      Dindingsaluran pencernaan
2.      Saluran pernafasan
3.      Saluran kencing dan kelamin
c.       Otot Jantung
Otot Jantung mempunyai struktur yang sama dengan otot lurik hanya saja serabutnya bercabang-cabang dan saling beranyaman serta persaraf oleh saraf otonom. Letak jantung disebut juga otot lurik yang bekerja tidak menurut kehendak.

2.2.3 Fungsi Otot
            Otot dapat berkontraksi karena adanya rangsangan. Umumnya otot berkontraksi bukan karena satu rangsangan yang berurutan. Rangsangan kedua memperkuat rangsangan pertama dan rangsangan ketiga memperkuat rangsangan kedua. Dengan demikian terjadilah ketegangan atau Tonus yang maksimum. Tonus yang maksimum terus menerus disebut Tetanus.
Sifat kerja otot dibedakan atas Antagonis dan Sinergis seperti ini :
a.      Antagonis
Antagonis adalah kerja otot yang kontraksinya menimbulkan efek gerak berlawanan, contohnya adalah :
1.      Ekstensor (meluruskan) dan Fleksor ( membengkokkan), misalnya otot Trisep dan otot Biseps.
2.      Abduktor (menjauhi badan), misalnya gerak tangan sejajar bahu dan sikap sempurna.
3.      Depresor (kebawah) dan Elevator (keatas), misalnya gerak kepala merunduk dan menengadah.
4.      Supindor (menengadah) dan Pronator (menelungkup), misalnya gerak telapak tangan menelungkup.


b.      Sinergis
Sinergis adalah otot-otot yang kontraksinya menimbulkan gerak searah. Contohnya Pronator Teres dan Pronator Kuadratus.

2.3.3 Mekanisme Gerak Otot
Dari hasil penelitian dan pengamatan dengan mikrokop elektron dan difraksi sinar X, Hansen dan Huxly (1955) mengemukakan teori kontraksi otot yang disebut model sliding filaemen. Model ini menyatakan bahwa kontraksi didasarkan adanya dua set filamen didalam sel otot kontraktil yang berupa filamen miosin. Rangsangan yang diterima oleh asetikolin menyebabkan aktomiosin mengerut (kontraksi). Kontraksi ini memerlukan energi.
Pada waktu kontraksi, filamen aktin meluncur diantara myosin kedalam zona (zona H adalah begian terang diantatara 2 pita gelap). Dengan demikian serabut otot menjadi memendek yang tetap panjang adalah ban A (pita gelap), sedangkan ban I (pita terang), dan zona bertambah pendek waktu kontraksi.
Ujung miosin dapat meningkat ATP dan mengidrolisisnya menjadi ADP beberapa energi dilepaskan demgan cara memotong pemindahan ATP kemiosin yang berubah bentuk kekonfigurasi energi tinggi. Miosin yang berenergi tinggi ini kemudian meningkatkan diri dengan kedudukan khusus pada aktin membentuk jembatan silang. Kemudian simpanan energi miosin dilepaskan, dan ujung miosin lalu beristirahat dengan energi rendah, pada saat inilah terjadi relaksasi. Relaksasi ini berubah sudut pelekatannya, ujung miosin menjadi miosin ekor.
Ikatan antara miosin energi rendah dan aksin terpecah ketika molekul baru ATP bergabung dengan ujung miosin. Kemudian siklus tadi berulang lagi.

 2.3.4 Sumber Energi Untuk Gerak Otot
ATP (Adenosin Tri Phosphat) merupakan sumber energi utama untuk kontrksi otot. ATP berasal dari oksidasi karbohidrat dan lemak. Kontraksi otot merupakan interaksi antara aksin dan miasin yang memerlukan ATP.


       ATP   ADP + P
Aktin + Miosin                                    Aktomisin
ATpase

Fosfokreatin merupakan persenyawaan fosfat berenergi tinggi yang terdapat dalam konsentrasi tinggi pada otot. Fosfokreatin tidak dapat dipakai langsung sebagai sumber energi, tetapi Fosfokreatin dapat memberikan energinya kepada ADP.
    Kreatin
Fosfokreatin + ADP                           Kreatin + ATP
Fosfokinase
Pada otot lurik, jumlah Fosfokreatin lebih dari 5 kali jumlah ATP. Pemecahan ATP dan Fosfokreatin untuk menghasilkan energi tidak memerlukan oksigen bebas, oleh sebab itu, fase kontraksi otot sering disebut fase anaerob.
Jika otot berkontraksi dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan. Hal ini disebabkan menurunnya ATP dan Fosfokreatin sedangkan ADP, AMP, dan laktat naik konsentrasinya.
Sumber lain untuk memperoleh energi ialah mengubah glikogen menjadi glukosa. Glikogen merupakan senyawa yang tidak larut. Untuk itu maka glikogen dilarutkan dulu menjadi laktasidogen akan diubah menjadi glikosa dan asam laktat. Glukosa akan dioksidasikan dan menghasilkan CO2, H2O, dan energi. Energi yang dibebaskan untuk membentuk ATP dan Fosfokreatin. Proses pemecahannya glikogen menjadi glukosa dan glukosa menjadi CO2 dan H2O berlangsung pada saat otot dalam keadaan relaksasi dengan menggunakan oksigen bebas. Oleh karena itu fase relaksasi disebut juga fase anaerob seperti skema berikut ini.
Glikogen                     laktasidogen
Laktasidogen              glukosa + asam laktat
Glukosa + O2                CO2 + 2O + energi
Jika dalam otot banyak terdapat timbunan asam laktat yang menyebabkan kelelahan maka akan dioksidasi dengan oksigen. Jika oksigen yang digunakan mengoksidasi asam laktat terlalu banyak akan menyebabkan nafas tersengal-sengal.

2.4 Kelainan dan Gangguan Pada Tulang dan Otot
2.4.1 Kelainan dan Gangguan Pada Tulang
            Kelainan dan gangguan pada tulang sangat menggangu proses gerakan yang normal. Kelainan dan gangguan pada tulang dapat terjadi karena :
1.      Kekurangan vitamin D
Kekurangan vitamin D pada anak-anak menyebabkan rakhitis, biasanya terlihat pada pertumbuhannya yang terganggu dan kaki berbentuk O atau X. Pada orang dewasa, kekurangan vitamin D menyebabkan osteomalasi atau kekurangan zat kapur pada tulang.
2.      Kecelakaan
Gangguan pada tulang dapat berupa memar dan fraktura. Memar merupakan gangguan akibat sobeknya selaput sendi sedangkan fraktura adalah patah tulang. Fraktura dibedakan menjadi :
a.       Patah tulang tertutup, bila tulang yang patah tidak merobek kulit.
b.      Patah tulang terbuka, bila tulang yang patah merobek kulit dan mencuat keluar.
c.       Fisura, bila tulang hanya retak.
3.      Kebiasan yang salah
Kebiasaan duduk yang salah atau membawa beban disatu sisi tubuh saja dapat menyebabkan kelainan pada tulang seperti :
a.       Lordosis, terjadi jika tulang leher dan panggul terlalu bengkok kedepan
b.      Kifosis, terjadi jika tulang pinggung dan tungging terlalu bengkok kebelakang.
c.       Skoliosis, terjadi jika ruas-ruas tulang belakang bengkok kesamping.
4.      Nekrosa
Terjadi jika selaput tulang (periosteum) rusak sehingga bagian tulang tidak memperoleh makanan, lalu mati dan mengering.

5.      Gangguan pesendian
Macam-macam gangguan persendian seperti :
a.       Dislokasi, disebabkan bergesernya sendi dari kedudukan semula karena jaringan penggantungnya (ligamentum) sobek.
b.      Ankilosis adalah suatu keadaan persendian yang tidak dapat digerakkan karena seolah-olah menyatu.
c.       Terkilir, terjadi karena gerakan tiba-tiba atau gerakan yang jarang atau sulit dilakukan yang menyebabkan tertariknya ligamentum keposisi yang tidak sesuai, tetapi sendi tidak bergeser.
d.      Artritis, yaitu peradangan yang terjadi pada sendi. Artritis dibedakan menjadi :
a)      Artritis Gout, terjadi karena adanya timbunan asam urat pada sendi-sendi kecil terutama jari-jari tangan. Akibatnya ruas jari membesar.
b) Osteoartritis, merupakan gangguan pada sendi yang digerakkan karena menipisnya tulang rawan sehingga menyebabkan degenerasi.
b)      Artritis Eskudatif, terjadi karena rongga sendi terisi cairan getah radang yang disebabkan oleh kuman.
c)      Artritis Sika adalah berkurangnya minyak sendi yang menyebabkan rasa nyeri saat tulang digerakkan.
6.      Serangan kuman pada sendi
a.       Ifeksi Gonorhoe dan Sifilis dapat menyerang persendian sehingga sendi menjadi kaku.
b.      Layuh sendi adalah keadaan tidak bertenaga pada sendi yang disebabkan karena adanya layuhnya tulang akibat infeksi sifilis ketika bayi dalam kandungan.






2.4.2 Kelainan Pada Otot
Kelainan yang terjadi pada otot dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut :
1.      Atrofi
      Atrofi merupakan suatu keadaan mengecilnya otot sehingga kehilangan kemampuan berkontraksi.
2.      Kelelahan otot
      Kelelahan otot terjadi karena terus meneru melakukan aktifitas, dan bila ini berlanjut dapat terjadi kram.
3.      Tetanus
      Tetanus adalah otot yang terus menerus berkontraksi (tonus atau kejang) akibat serangan bakteri Clostridium tetani.
4.      Miestenia Grafis
      Miestenia gravis adalah melemahnya otot secara berangsur-angsur sehingga menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian. Penyebabnya belum diketahui dengan pasti.
5.      Kaku dan leher (stiff)
      Stiff adalah peradangan otot trapesius leher sehingga leher terasa kaku. Stiff terjadi akibat kesalahan gerak.






 



Diberdayakan oleh Blogger.